Ntvnews.id, Jakarta - Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan meminta presiden terpilih Prabowo Subianto tak membawa orang toxic atau bermasalah ke ke kabinetnya kelak. Mantan capres Gubernur Anies Baswedan menilai Luhut merendahkan pihak lain dalam pemilihan diksi atau kata dalam pernyataannya itu.
"Nggak perlu ditanggapi. Saya rasa begini ya, pikiran boleh berbeda, gagasan boleh berbeda. Tapi satu hal, hormati perbedaan itu," ujar Anies di kediamannya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (7/5/2024).
Anies pun meminta untuk menghormati perbedaan pikiran dan gagasan. Ia mengaku cenderung menghindari diksi yang merendahkan pada seseorang saat menyikapi perbedaan.
Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan (X @aniesbaswedan) (X @aniesbaswedan)
"Hormati. Saya cenderung menghindari diksi-diksi yang memberikan label merendahkan atas perbedaan pandangan," kata dia.
Sebab, kata dia, pandangan yang berbeda bukan berarti buruk. Perbedaan pandangan menurutnya merupakan penghargaan terhadap demokrasi.
"Karena ketika kita memiliki pandangan yang berbeda. Bukan berarti yang berbeda itu lebih buruk. Apalagi yang berbeda itu dianggap meracuni. Belum tentu, justru di situlah penghargaan pada prinsip demokrasi dan itu yang kami khawatirkan," papar dia.
"Makin hari pelan-pelan makin luntur bila Anda sepaham dengan saya, maka Anda benar dan Anda sehat. Tapi bila Anda tidak sepaham dengan saya maka Anda adalah tidak benar Anda tidak sehat," sambungnya.
Anies menganggap, penggunaan diksi yang merendahkan adalah cara pandang yang mengganggu demokrasi. Ia mengaku cenderung tidak menggunakan istilah-istilah yang bisa merusak perbedaan.
Luhut Binsar Pandjaitan
"Ini cara pandang yang bisa mengganggu demokrasi. Jadi saya cenderung untuk jangan menggunakan istilah-istilah yang bisa merusak perbedaan, ini sehat kok. Apasih sehat itu? Ketika ada sebuah rencana dapat kritik itu sehat sekali," jelas dia.
Sehingga, kata Anies, yang memiliki rencana tersebut memberi penjelasan lebih dalam, argumentasi lebih luas sehingga itu baik untuk seluruh masyarakat termasuk bagi yang merencanakan kebijakan.
"Sehingga apa? Sehingga yang punya rencana itu harus memberikan penjelasan lebih dalam, argumen lebih luas, itu baik untuk seluruh masyarakat termasuk bagi yang merencanakan kebijakan. Cuman kadang-kadang yang berada di dalam pengambilan kebijakan itu belum tentu punya kesabaran untuk mau menjelaskan dengan lengkap," tandasnya.