Negara Tetangga Indonesia Ini Perlakukan Diskriminatif Penyandang Disabilitas

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 23 Jul 2024, 11:15
Deddy Setiawan
Penulis
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Ilustrasi Disabilitas Ilustrasi Disabilitas (Istimewa)

Ntvnews.id, Jakarta - Kisah berawal dariLuca lahir di rumah sakit di Perth dua tahun lalu, kebahagiaan orang tuanya hancur dengan cara yang tidak mereka duga. Luca lahir dengan diagnosis mengejutkan: fibrosis kistik.

Dilansir dari BBC, Selasa, 23 Juli 2024, Australia, tempat tinggal Laura Currie dan suaminya Dante selama delapan tahun, kemudian menginformasikan bahwa mereka tidak bisa menetap secara permanen. Pasangan ini juga diberi tahu bahwa Luca bisa menjadi beban keuangan bagi negara.

"Saya menangis selama seminggu, benar-benar merasa kasihan pada Luca," kata Currie.

"Dia hanya anak berusia 2,5 tahun yang tidak berdaya dan tidak pantas didiskriminasi seperti ini." sambungnya.

Baca Juga: Prajurit Kopassus Praka Jingko Lewi Kase Terpilih Jadi Siswa Militer Terbaik di Australia

Dengan sepertiga penduduknya lahir di luar negeri, Australia telah lama memandang dirinya sebagai "negara migrasi" - sebuah rumah multikultural bagi para imigran yang menjanjikan kesempatan yang adil dan awal yang baru.

Gagasan ini tertanam dalam identitas Australia. Namun, kenyataannya sering kali berbeda, terutama bagi mereka yang memiliki disabilitas atau kondisi medis serius.

Australia adalah salah satu dari sedikit negara yang secara rutin menolak visa imigran berdasarkan kebutuhan medis mereka - khususnya jika biaya perawatan melebihi A$86.000 atau sekitar Rp940 juta selama 10 tahun Selandia Baru memiliki kebijakan serupa, tapi Australia jauh lebih ketat. 

Kebijakan Diskriminatif

Pemerintah Australia mendukung kebijakan ini dengan alasan untuk mengendalikan pengeluaran negara dan memastikan akses warga terhadap layanan kesehatan tetap terjaga.

Akibatnya, otoritas resmi Australia akan menyatakan bahwa visa imigran dengan kebutuhan medis tertentu secara teknis tidak ditolak, namun pengajuan visa mereka juga tidak diterima.

Beberapa imigran dapat mengajukan permohonan keringanan, meskipun tidak semua permohonan dikabulkan. Mereka juga dapat mengajukan banding atas keputusan tersebut, tetapi prosesnya panjang dan mahal.

Baca Juga: Masuk ke Ruang Ganti Timnas Indonesia U-16, Erick Thohir: Oktober Kita Bertemu Australia Lagi, Kasih Lihat Siapa Kita!

Para pegiat hak-hak imigran menganggap kebijakan ini sebagai bentuk diskriminasi dan tidak sesuai dengan prinsip keberpihakan terhadap disabilitas.

Setelah bertahun-tahun berjuang, mereka berharap akan ada perubahan dalam beberapa minggu mendatang, dengan peninjauan persyaratan kesehatan yang sedang berlangsung.

Laura Currie dan Dante Vendittelli pindah dari Skotlandia untuk pekerjaan yang sangat dibutuhkan di Australia.

Laura adalah seorang guru TK dan Dante adalah seorang pelukis serta dekorator. Mereka telah mengajukan permohonan status penduduk tetap sebelum Luca lahir.

Namun, kini mereka merasa bahwa kehidupan yang mereka bangun dan pajak yang mereka bayarkan tidak berarti apa-apa.

"Rasanya seperti kami ada untuk Anda [Australia] saat Anda membutuhkan, tetapi ketika posisinya terbalik dan kami membutuhkan Anda, rasanya seperti... tidak ada..."

Halaman
x|close