NTVNews.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus mengawasi dan memitigasi potensi tsunami di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut). Ini seiring peningkatan status Gunung Ruang.
BMKG terus mengawasi pergerakan air laut. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, ada lima sumber daya teknologi berupa peralatan Tide Gauge dan Automatik Weather System Maritim yang berada di wilayah Kepulauan Sangihe, Bitung, dan Pulau Siau, yang dipakai untuk antisipasi ini. Dia memastikan tiap teknologi tersebut dioperasionalkan maksimal bersama petugas Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
"Kami 24 jam penuh bersama dengan PVMBG seolah tak berkedip mata untuk memonitor muka laut antisipasi potensi tsunami di sekitar Gunung Ruang," ujar Daryono, Kamis (18/4/2024).
Ia mengatakan, erupsi gunung berapi seperti ini berpotensi menyebabkan tsunami dan dampak yang ditimbulkan bisa besar. Itu terjadi karena fenomena flank collapse atau runtuhnya sebagian atau keseluruhan badan gunung.
Kendati belum terjadi, kata dia hal itu patut diwaspadai karena berdasarkan catatan BMKG juga pernah dialami oleh Gunung Ruang pada 1871 yang menimbulkan tsunami setinggi 25 meter dan menewaskan sekitar 400 orang.
"Waspada tetap, tapi terlepas dari situ hasil monitoring BMKG sejauh ini menunjukkan semua kondisi laut normal tanpa ada anomali seperti yang dikhawatirkan," jelasnya.
Sebelumnya, data PVMBG menyebutkan selama kurun 24 jam terakhir sudah terjadi lima kali erupsi dengan ketinggian 1.800-3.000 meter dari puncak Gunung Ruang. Erupsi eksplosif tersebut menimbulkan suara gemuruh, gempa, dan kilatan petir vulkanik.
Dalam kurun 1-17 April 2024, PVMBG mencatat jumlah kegempaan di Gunung Ruang sebanyak 1.439 kali gempa vulkanik dalam, 569 kali gempa vulkanik dangkal, 6 kali gempa tektonik lokal, dan 167 kali gempa tektonik jauh.