Ntvnews.id, Jakarta - El Nino adalah fenomena perubahan angin dan arus tak terduga di perairan Pasifik tropis yang berdampak besar pada iklim global. Baru-baru ini, peneliti telah menemukan pola angin dan arus baru yang disebut sebagai El Niño baru.
Dilansir dari Science Alert, Selasa, 30 Juli 2024, pola ini muncul lebih jauh ke selatan di Pasifik subtropis barat daya, dekat dengan Australia dan Selandia Baru.
Meskipun wilayah yang terpengaruh relatif kecil, pola ini juga dapat memicu perubahan iklim di seluruh Belahan Bumi Selatan. Tim peneliti internasional yang mengidentifikasi fenomena ini menyatakan bahwa penemuan ini akan sangat penting untuk memahami perubahan iklim di masa depan.
Baca Juga: Indonesia Bakal Segera Hadapi Badai La Nina, Apa Dampaknya?
"Penemuan ini seperti menemukan perubahan baru dalam iklim Bumi," ujar ahli meteorologi Balaji Senapati dari Universitas Reading di Inggris.
"Ini menunjukkan bahwa area laut yang relatif kecil dapat memiliki dampak yang signifikan pada pola cuaca dan iklim global," tambahnya.
Dengan menggabungkan data observasi aktual dan model iklim yang mencakup 300 tahun, para peneliti berhasil melacak pola yang mereka sebut sebagai W4. Pola ini muncul setiap tahun di Belahan Bumi Selatan dengan empat zona udara hangat dan dingin yang bergantian.
Baca Juga: Terekam Hujan Badai Terjang Sawangan Depok, Buat Tenda Hingga Pedagang Terseret Angin
Tim peneliti juga menemukan bahwa area kecil di dekat Australia dan Selandia Baru bertindak sebagai pusat pengendali untuk pola W4, di mana perubahan suhu laut di daerah ini mempengaruhi suhu atmosfer di subtropis selatan dan lintang menengah.
Ketika pola angin berubah, kedalaman lapisan atas air laut yang lebih hangat juga berubah, yang berdampak pada suhu atmosfer. Angin barat kemudian dapat mendistribusikan udara hangat atau dingin ke seluruh dunia dalam pola iklim W4 yang tidak biasa.
Penelitian menunjukkan bahwa pola iklim ini berbeda dari fenomena lain yang dikenal, termasuk El Niño dan La Niña. "Memahami sistem cuaca baru ini dapat meningkatkan akurasi ramalan cuaca dan prediksi iklim, khususnya di Belahan Bumi Selatan," kata Senapati.