Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengungkapkan bahwa pemerintah AS tidak memiliki pengetahuan atau keterlibatan dalam pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Iran.
"Ini adalah hal yang tidak kami ketahui atau terlibat di dalamnya," ujar Blinken dalam wawancara dengan Channel News Asia di Singapura.
Blinken menambahkan, "Saya tidak bisa menjelaskan arti dari kejadian ini. Namun, saya dapat menegaskan bahwa kebutuhan untuk mencapai gencatan senjata, dan pentingnya hal itu bagi semua pihak, tetap ada," sebagaimana tercantum dalam transkrip wawancara yang dibagikan oleh stafnya.
Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran saat ia terbunuh dalam serangan udara Israel pada Rabu, 31 Juli 2024 kemarin.
Baca Juga: Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas Dibunuh Usai Hadiri Pelantikan Presiden Iran
Kelompok Hamas mengonfirmasi kematian Haniyeh dan menyatakan bahwa ia tewas dalam serangan udara Israel di Teheran setelah menghadiri pelantikan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.
Garda Revolusi Iran juga mengonfirmasi kematian Haniyeh dalam serangan di wilayahnya. Laporan kantor berita Iran, Fars News Agency, bahkan menyebut Haniyeh yang sedang berada di Teheran tewas akibat "serangan rudal yang diluncurkan dari udara".
Sejauh ini, pemerintah maupun militer Israel belum secara resmi mengomentari kematian Haniyeh. Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, menyebut pembunuhan Haniyeh, di Iran membawa perang melawan Israel ke "level baru".
Brigade Ezzedine al-Qassam juga memperingatkan dampak lanjutan terhadap seluruh kawasan.
"Pembunuhan ini ... membawa perang ke level yang baru dan akan memiliki konsekuensi yang sangat besar bagi seluruh kawasan," demikian peringatan yang dirilis Brigade Ezzedine al-Qassam.
Baca Juga: Breaking News! Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas Terbunuh di Iran
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei juga bersumpah akan memberikan "hukuman keras" bagi Israel setelah pembunuhan Haniyeh.
"Dengan tindakan ini, rezim Zionis kriminal dan teroris menyiapkan dasar untuk hukuman keras bagi dirinya sendiri, dan kami menganggapnya sebagai tugas kami untuk membalas dendam atas darahnya karena ia telah menjadi martir di wilayah Republik Islam Iran," kata Ayatollah dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi Iran, IRNA.
"Iran dan front perlawanan akan menanggapi kejahatan ini," katanya dalam sebuah pernyataan, menggunakan istilah yang digunakan Teheran untuk merujuk pada kelompok-kelompok militan bersekutu di seluruh Timur Tengah.