Ntvnews.id, Jakarta - Pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan drone yang menghantam kediamannya di Teheran pada Rabu ,31 Juli dini hari.
Dilansir dari Reuters, Kamis, 1 Agustus 2024, Insiden tersebut terjadi saat Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, yang diadakan pada Selasa, 30 Juli.
Rudal yang diduga diluncurkan oleh Israel menghantam rumah tempat Haniyeh menginap, yaitu milik seorang veteran perang di utara Teheran. Haniyeh dan seorang pengawalnya tewas seketika.
Kematian Haniyeh menimbulkan pertanyaan mengenai siapa yang akan menggantikannya dalam operasional politik dan diplomatik Hamas ke depan.
Baca Juga: Respons Tak Terduga AS atas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
Haniyeh menjabat sebagai pemimpin operasi politik Hamas di Qatar dan terlibat dalam semua hubungan diplomatik dengan kekuatan-kekuatan di Timur Tengah.
Salah satu tanggung jawab terbesarnya adalah memimpin negosiasi terkait gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina.
Peran Haniyeh dari markasnya di Doha sangat krusial, terutama karena negosiasi gencatan senjata masih berlangsung di tengah situasi Gaza yang semakin memburuk. Kematian Haniyeh menyebabkan kebingungan di Qatar, karena gencatan senjata diperkirakan akan semakin sulit tercapai akibat peristiwa ini.
Qatar, bersama dengan Mesir dan Amerika Serikat, berfungsi sebagai mediator dalam negosiasi gencatan senjata di Gaza. Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani meragukan keberhasilan proses tersebut.
"Pembunuhan politik dan terus berlanjutnya serangan terhadap warga sipil di Gaza sementara perundingan masih berlangsung menimbulkan pertanyaan: bagaimana mediasi bisa berhasil jika satu pihak membunuh negosiator dari pihak lainnya?" kata Al Thani, seperti dikutip Reuters.
Calon Pengganti
Pemimpin politik Hamas berikutnya kemungkinan besar adalah seorang tokoh yang tinggal di luar Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sebab, jabatan tersebut mengharuskan pemimpin melakukan perjalanan demi menjalin hubungan politik dan diplomatik.
Baca Juga: Respons Tak Terduga AS atas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
Dilansir dari New York Times, mantan pemimpin biro politik Hamas, Khaled Meshal, kemungkinan akan menjadi calon pengganti Haniyeh.
Meshal, yang telah lama tinggal di Doha, sering terlihat berdampingan dengan Haniyeh dalam pertemuan dengan para menteri dan pejabat tinggi.
"Dia bisa memperoleh dukungan yang lebih luas di Hamas dibandingkan siapa pun," ujar Azzam Tamimi, penulis buku tentang Hamas.
Meshal memimpin biro politik Hamas dari 1996 hingga 2017, dan kiprahnya yang sudah berusia 68 tahun sangat diakui. Selain Meshal, dua pejabat senior Hamas di Doha, Mousa Abu Marzouk dan Khalil al-Hayya, juga disebut-sebut sebagai calon potensial pengganti Haniyeh.
Mousa Abu Marzouk adalah anggota senior Hamas yang pernah menjabat sebagai wakil ketua biro politik Hamas dari 1997 hingga 2014.
Sementara itu, Khalil al-Hayya adalah anggota Dewan Legislatif Palestina yang mewakili Kota Gaza sejak diangkat pada 25 Januari 2006. Menurut Tamimi, pemilihan pemimpin politik Hamas yang baru kemungkinan akan dilakukan oleh Dewan Syura Hamas.
ismail