Ntvnews.id, Madrid - Gerakan menolak pariwisata massal di Spanyol semakin intensif, bahkan mencapai titik tegang. Grafiti bertuliskan 'Bunuh turis' muncul secara tiba-tiba.
Dilansir dari Mirror UK, Jumat, 2 Agustus 2024, Pulau Mallorca adalah salah satu dari sejumlah destinasi wisata di Spanyol yang mulai merasa jengah dengan kehadiran turis. Warga pulau ini telah mulai melakukan demonstrasi menolak kedatangan turis sejak musim semi 2024.
Penduduk lokal menyalahkan turis atas kenaikan biaya perumahan, proses gentrifikasi, dan kerusakan lingkungan yang mereka hadapi, yang membuat mereka sulit membeli rumah.
Grafiti di Spanyol 'Bunuh Turis' (Istimewa)
Mallorca Daily Bulletin melaporkan bahwa grafiti bertuliskan 'Bunuh turis' telah muncul di beberapa tempat di kota Manacor, Mallorca.
Baca Juga: Spanyol Juara Euro 2024, Kiper Unai Simon Langsung Naik Meja Operasi
Partai kanan Partido Popular di Manacor mengutuk aksi vandalisme ini pada hari Selasa, sambil menekankan bahwa turis tetap disambut.
Juru bicara PP, Maria Antònia Sansó, menyatakan bahwa grafiti tersebut tidak mencerminkan pandangan mayoritas warga Manacor. Dia menegaskan bahwa meskipun partainya memahami kekhawatiran sosial terkait kepadatan turis, mereka mengecam tindakan ini sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima.
Spanyol mengalami lonjakan jumlah wisatawan pada kuartal pertama 2024, dengan tambahan 24 juta pengunjung dibandingkan tahun sebelumnya, mencatat kenaikan tahunan sebesar 14,5%.
Tahun lalu, negara ini mencapai rekor tertinggi dalam jumlah pengunjung internasional. Mallorca juga mengalami lonjakan signifikan dalam jumlah turis, dengan total meningkat drastis sebesar 1,3 juta menjadi 17,8 juta pada tahun 2023. Tahun ini, diperkirakan jumlah turis akan meningkat dua juta lagi, mencapai 20 juta.
Baca Juga: Turis Kena Denda Saat Liburan di Negara Tetangga Indonesia, Kok Bisa?
Baru-baru ini, sekitar 10.000 orang ikut serta dalam demonstrasi menentang pariwisata di pulau tersebut. Pere Joan Femenia, dari Menys Turisme, Mas Vida (Kurangi Pariwisata, Tambah Kehidupan), yang menyelenggarakan acara tersebut, menyatakan bahwa pariwisata massal menyulitkan penduduk lokal, yang tidak dapat tinggal di pulau mereka sendiri akibat tingginya harga sewa yang dipicu oleh turis.
Femenia menambahkan bahwa turis yang memenuhi pantai dan membebani layanan publik di musim panas memicu permintaan untuk memangkas pariwisata massal dan melarang non-penduduk membeli rumah yang hanya digunakan untuk beberapa bulan dalam setahun atau untuk spekulasi.