Ntvnews.id, Jakarta - Indonesia menyimpan asa yang cukup besar dari nomor sport climbing di ajang Olimpiade Paris 2024. Apalagi dua atlet putri, yakni Desak Made Rita Kusuma Dewi dan Rajiah Sallsabillah berhasil melaju ke babak perempat final nomor speed atau kecepatan.
Desak Made yang tampil konsisten sejak babak kualifikasi berhasil mengalahkan wakil Amerika Serikat, Kelly Piper. Wanita asal Bali itu menyentuh puncak dengan catatan waktu 6,38 detik. Di babak perempat final, Rabu (7/8/2024), Desak Made akan bertemu wakil China, Lijuan Deng.
Rajiah sebenarnya gagal menyentuh puncak pada babak eleminasi. Namun atlet asal Banten itu tetap lolos setelah mencatatkan waktu kualifikasi terbaik di antara peserta yang kalah. Dia beruntung tetap tampil di babak perempat final usai mencatat waku terbaik 6.58 detik.
Pada babak perempat final, Rajiah akan berhadapan dengan Emma Hunt dari Amerika Serikat. Sayang, Rajiah dan Desak Made bakal bentrok bila sama-sama berhasil memetik tiket semifinal.
Di nomor speed putra, Indonesia juga masih punya dua wakil yang bakal tampil di Le Bourget Climbing Venue, Selasa (6/8/2024). Mereka adalah Rahmad Adi Mulyono dan Veddriq Leonardo.
Nah, apa sebenarnya speed vimbing dan bagaimana aturan mainnya? Berikut ini penjelasannya:
Sejarah Speed Climbing
Indonesia masih punya dua wakil di nomor speed sport climbing pada Olimpiade Paris 2024. (NOC Indonesia)
Speed climbing merupakan bagian dari cabang olahraga sport climbing atau panjat tebing. Olahraga ini digandrungi nak-anak muda dan mulai populer dalam 20 tahun terakhir.
Melansir keterangan dalam situs resmi Olimpiade, panjat tebing adalah olahraga untuk pria dan wanita. Sebanyak 39 persen pesertanya berusia 18 tahun baik untuk indoor maupun outdoor.
Setidaknya saat ini tercatat 25 juta pemanjat di 150 negara di seluruh dunia.
Panjat tebing mulai dikenal sebagai olahraga pada tahun 1985. Saat itu, grup pemanjat berkumpul di Bardonecchia, dekat kota Turin, Italia untuk mengikuti kegiatan yang dinamai “SportRoccia”. Ini adalah kejuaraan panjat tebing terorganisir pertama di dunia.
Setahun kemudian, kompetisi panjat dinding buatan pun digelar pertama kali di Prancis.
Masuk Olimpiade
Olahraga panjat tebing untuk kali pertama dipertandingkan di Buenos Aires Youth Olympic Games, pada tahun 2018. Memang acara tersebut belum terlalu dipublikasikan, tetapi masyarakat terkesan dengan tontonan dan ketegangan dari olahraga yang mengasyikkan ini.
Dua wakil Indonesia masih tersisa di nomor speed sport climbing Olimpiade Paris 2024. (NOC Indonesia)
Panjat tebing akhirnya menembus Olimpiade Tokyo 2020. Olahraga ini diusulkan oleh Jepang sebagai tuan rumah bersama olahraga baru lainnya, termasuk skatebaord dan karate.
Nomor yang Dilombakan
Ada tiga disiplin atau nomor yang dilombakan pada cabor panjat tebing, yakni bouldering, speed, dan lead. Dalam bouldering, atlet memanjat tembok setinggi 4,5 meter tanpa tali, dalam jangka waktu terbatas dan upaya sesedikit mungkin.
Sementara speed merupakan nomor yang sangat menegangkan. Di nomor ini, masing-masing atlet berpacu dengan waktu. Mereka harus mampu menaklukkan tembok 15 meter dengan kemiringan 5 derajat dalam waktu kurang dari 6 detik untuk putra dan 7 detik untuk putri.
Adapun nomor di nomor lead, para atlet memanjat setinggi mungkin pada tembok setinggi lebih dari 15m dalam waktu enam menit tanpa melihat rute sebelumnya. Rute yang dilalui dalam ajang ini lebih kompleks dan menantang, sehingga butuh kemampuan fisik dan mental yang prima.
Pada Olimpiade Tokyo 2020, setiap atlet berkompetisi di ketiga disiplin ilmu dan skor akhir mencerminkan hasil gabungan dari ketiga kompetisi tersebut. Pendaki dengan skor terendah membawa pulang medali emas Olimpiade pertama dalam sejarah olahraga panjat tebing.
Sementara di Olimpiade Paris 2024, cabor panjat tebing melombakan dua nomor. Pertama adalah kombinasi bouldering dan lead, dan satu nomor lainnya adalah speed atau kecepatan.
Aturan Main
Tujuan dari pendakian cepat adalah untuk memanjat tembok setinggi 15 meter (49 kaki) secepat mungkin. Terdapat dua line, A dan B dengan bentuk, ukuran dan rintangan yang sama.
Setiap pegangan punya ukuran dan bentuk yang sama persis dan selalu ditempatkan di tempat yang sama. Hal ini sangat berbeda dengan bouldering dan lead climbing, di mana setiap rute bersifat unik, dan atlet tidak diberi informasi apa pun tentang rute itu hingga kompetisi dimulai.
Saat latihan, atlet speed climbing menghafalkan jalur yang menanjak dan melatih pendakian sampai 'mual' sehingga memori otot mengambil alih pada hari kompetisi.
Saat kompetisi, dua dinding paralel — Jalur A dan Jalur B — ditempatkan bersebelahan. Atlet memanjat berpasangan, mulai secara bersamaan dengan bunyi bel. Start yang salah dinyatakan ketika seorang atlet meninggalkan tanah kurang dari 0,1 detik setelah bel berbunyi, yang merupakan batas waktu reaksi manusia.
Di bagian atas setiap jalur terdapat touchpad yang harus dihubungi setiap pendaki untuk menghentikan jam pencatat waktu. Semua hasil didasarkan pada waktu. Setiap perlombaan biasanya diperebutkan dalam waktu 10 detik.
Pada babak kualifikasi, atlet diberi peringkat berdasarkan waktu tercepatnya. Sementara pada babak penyisihan, para atlet bertanding head-to-head dalam perlombaan menuju puncak. Atlet yang lebih dulu berhasil menyentuh touchpad bakal dinyatakan keluar sebagai pemenang.