Ntvnews.id, Jakarta - Capaian timnas Indonesia di ajang kualifikasi Piala Dunia 2026 menjadi dejavu bagi mantan kiper timnas Hermansyah. Langkah tim besutan Shin Tae Yong melaju hingga babak ketiga Zona Asia mengingatkan Hermansyah pada kenangan bersejarah pada 1986 silam. Dipimpin juru taktik Sinyo Aliandoe, Hermansyah dan kawan-kawan kala itu nyaris lolos ke Piala Dunia 1986 di Meksiko.
Kenangan manis itu diungkapkan Hermansyah saat hadir menjadi bintang tamu acara Sport Cast di NusantaraTV yang dipandu dua jurnalis senior Ronny Pangemanan dan Boy Noya, Minggu (15/9/2024).
Indonesia saat itu masuk Grup 3B Zona Timur bersama India, Thailand, dan Bangladesh. Indonesia keluar sebagai juara grup dengan sembilan poin hasil dari empat kali menang, sekali imbang, dan sekali kalah (saat itu menang masih diganjar 2 poin).
Di babak kedua Kualifikasi Piala Dunia 1986, Indonesia ditakdirkan jumpa Korea Selatan dalam format dua leg. Indonesia kalah 0-2 di markas Korea, lalu kalah lebih besar lagi dengan skor 1-4 saat gantian menggelar laga kandang.
Korea akhirnya Korea lolos ke Piala Dunia setelah menang agregat 3-1 atas Jepang.
"Terakhir kita lawan Korea Selatan. Berat karena ada pemain-pemain yang main di Eropa yang memperkuat waktu itu," tutur Hermansyah.
"Pelatihnya Sinyo Aliandoe, Bertje Matulapelwa dan Salmon Nasution," lanjutnya.
"Due bek tengah Marjuki Nyak Mad dan Wartakusuma. Belakang ada libero Hery Kiswanto," imbuhnya.
Saat ditanyakan apakah para pemain timnas di era-nya juga saling menegur bahkan marah ketika salah satu pemain melakukan kesalahan seperti yang terjadi di timnas sekarang ini?
"Kita lihat di video bahkan diomong oleh netizen karena menegur agak keras seperti marah kepada Rizky Ridho dan Marselino. Termasuk pelatihnya juga," ungkap Boy Noya.
"Apakah itu anda alami juga ketika itu? Let's say kita bicara Hery Kiswanto yang dijuluki Franz Beckenbauer-nya Indonesia. Pernah marah juga?" tanyanya.
Hermansyah mengungkapkan rekan-rekannya di timnas juga saling menegur bahkan agak keras atau marah ketika diantara mereka ada yang berbuat salah.
"Jadi kalau untuk kebaikan pernah juga. Karena marahnya kan untuk kebaikan tim. Tapi itu hanya spontanitas di lapangan saja," ungkapnya.
"Kadang saya juga kasih tahu kalau pas Hery Kiswanto salah posisi. Keadaan memang harus seperti itu untuk kebaikan tim. Di luar sih fine-fine lagi," tandasnya.
Kerja Keras dan Disiplin
Selain bercerita nyaris lolos ke Piala Dunia 1986, Hermansyah juga bicara panjang lebar soal pentingnya kerja keras dan disiplin sebagai pemain sepakbola. Karena dua poin penting itu lah yang membuat Hermansyah bisa menjadi kiper yang disegani dan memiliki karier yang terbilang panjang. Hermansyah yang telah malang melintang bersama sejumlah klub diantaranya Pelita Jaya, Bandung Raya, Persikota dan Persikabo memutuskan pensiun di usia 40 tahun.
"Pelatih di klub harus bisa memaintainance para pemainnya. Jangan sampai turun. Artinya dari mulai kondisi dia, juga dari pola hidup dia. Supaya nanti dia ketika dia masuk di PSSI juga dia akan konsisten. Jadi ada pengaruh klub juga dukungan dari kawan-kawannya atau dari pelatihnya dari manajemennya," ujarnya.
"Jangan berubah karena sudah punya uang. Tetap kerja keras dan disiplin berlatih untuk meningkatkan kualitas permainan," pungkasnya.