Papua Football Academy: Akademi yang Tak Sekadar Gembleng Anak-anak Papua jadi Pesepak Bola Profesional

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 20 Okt 2024, 06:08
Moh. Rizky
Penulis
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Direktur PFA Wolfgang Pikal saat seleksi PFA. Direktur PFA Wolfgang Pikal saat seleksi PFA.

Ntvnews.id, Jakarta - Sapa hangat disertai senyum yang ramah terlontar dari seorang remaja saat NTVnews.id baru turun dari mobil, menginjakkan kaki di Mimika Sport Complex (MSC), Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Sabtu (19/10/2024). Kala itu, waktu menunjukkan sekitar pukul 16.50 Wita.

"Selamat sore," ujar remaja itu seraya mencium tangan saya dan rekan awak media lainnya.

Sontak aksi remaja itu membuat saya 'terkaget-kaget', tersenyum, bahkan kagum. Saya pun menanggapi salam dari mereka.

"Sore," jawab saya.

Tak berhenti, aksi itu lalu diikuti remaja lainnya yang memang tengah berkumpul di kompleks fasilitas olahraga yang dibangun PT Freeport Indonesia (PTFI) tersebut. Mereka bahkan sampai berbaris guna melakukan hal yang sama.

"Selamat sore," kata remaja lainnya, lagi-lagi sambil mencium tangan para wartawan.

Mereka adalah para atlet dari Papua Football Academy (PFA), akademi sepak bola yang dihadirkan menindaklanjuti keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar talenta muda Tanah Papua dikembangkan.

Pelatih Kepala PFA Ardiles Rumbiak, saat menyampaikan arahannya. Pelatih Kepala PFA Ardiles Rumbiak, saat menyampaikan arahannya.

Bukan cuma digembleng agar menjadi pemain sepak bola profesional, selama tinggal di asrama yang ada pada MSC, mereka juga dididik agar benar-benar mengedepankan adab, menghormati orang yang lebih tua. Termasuk kepada tamu.

"Selamat malam," kata anak-anak Papua itu, saat bertemu kami kembali di malam hari. Hal itu diucapkan setiap kali saya dan rekan jurnalis lainnya, berpapasan dengan anak didik Ardiles Rumbiak, mantan pemain Persipura ini.

Sikap yang menjunjung tinggi sopan-santun dari para atlet PFA, tak lepas dari sistem yang diberlakukan Akademi. PFA memiliki prinsip dasar yang diberi nama "PFA Child Safeguarding". Ada tujuh prinsip yang ditekankan Akademi, antara lain:

1. Selalu memberikan yang terbaik sesuai ketertarikan pemain

2. Menghargai hak dan kebutuhan anak melalui permainan sepak bola

3. Semua aturan diterapkan tanpa pengecualian

4. Fasilitas dan infrastruktur

5 . Religius dan bertanggungjawab

6. Semua pihak yang terlibat wajib bertanggung jawab menerapkan PFA Safeguarding

7. Memastikan peran dan tanggung jawab itu terdefinisi dan dimengerti dengan baik

"Mereka kalau disuruh berdoa langsung diam semua. Walaupun lagi ramai, bercanda, begitu pendeta bilang berdoa, diam semua, hening. Soal agama mereka taat sekali," kata Herman, pria yang bertugas terkait konten-konten PFA.

Sebagai calon pemain sepak bola profesional, kedisiplinan tentunya teramat ditekankan kepada mereka selama di PFA. Para anak didik diminta tak membuang-buang waktu selama dua tahun belajar di Akademi. Itu berlaku dalam berbagai hal, termasuk urusan makan.

"Ayo makan cepat, jangan pada bengong," kata Direktur PFA Wolfgang Pikal, saat melihat anak didiknya bersenda-gurau kala antre makan.

Tak cuma dilatih fisik dan kemampuannya dalam bidang sepak bola selama 20-24 jam sepekan, para atlet PFA juga diperhatikan kemampuan akademiknya. Pendidikan formal tetap mereka jalani, kendati sehari-hari lebih banyak digembleng agar menjadi pemain sepak bola profesional.

Guna mendukung hal itu, sekolah dengan konsep home schooling pun didirikan di kawasan MSC.

Ruang kelas di PFA. Ruang kelas di PFA.

Akademi juga bekerja sama dengan sekolah negeri setempat. Para atlet bersekolah di SD, SMP, SMA Negeri Sentra Pendidikan. Yang tadinya hal itu dilakukan cuma untuk memenuhi kebutuhan pendidikan formal anak didik, ternyata kehadiran para atlet turut berdampak positif terhadap sekolah.

"Kepala sekolah SMP-nya sampai bilang 'terima kasih ya Pak (pihak PFA), rata-rata nilai sekolah naik gara-gara ada (murid dari) PFA'," ungkap Direktur Garuda Gema Nusantara (GGN) Rizky Aidi.

Selain demi meningkatkan kemampuan akademik, home schooling dan kerja sama dengan sekolah negeri setempat dilaksanakan agar ketika mereka lulus dari PFA dan kembali bersekolah seperti biasa, mereka tak ketinggalan pelajaran.

"Bahkan ada yang lulus dari sini, lanjut sekolah di Jogja dia berprestasi di sekolah umum tersebut," kata Rizky.

Komitmen PTFI mengembangkan sumber daya manusia (SDM) di Papua, bukan hanya semasa anak-anak tersebut berada di PFA. Tetapi pasca lulus pun mereka tetap diperhatikan. Setelah dua tahun menimba ilmu dan diwisuda, Akademi berupaya menyalurkan para atlet ke klub sepak bola profesional. Tercatat ada lima alumni PFA yang bermain di Persija, dan satu orang di Dewa United, hingga mengikut training camp (TC) atau seleksi Timnas Indonesia.

"Manajemen punya tanggung jawab salurkan mereka setelah lulus. Paling tidak kita bisa carikan secara sepak bola, tempat yang layak untuk berkembang sesuai level masing-masing," tutur Rizky.

PFA juga kerap menghubungi para alumni. Itu dilakukan guna menanyakan perkembangan mereka pasca lulus. Jika mereka menghadapi kendala dalam berbagi hal, Akademi berupaya untuk membantu. Ini sekaligus dalam rangka menjaga ikatan emosional dan hubungan baik, sebagai sebuah keluarga besar PFA.

"Kita telepon sebagai keluarga. Satu orang per tim (angkatan) kami tugaskan, misalnya Ade (Ade Chandra/Assisten Manager) telepon nanya 'kenapa kamu nggak main (sepak bola di klub) kemarin?'. Tanya permasalahan mereka," tutur Rizky.

Hal itu, dilakukan juga sebagai upaya mengetahui perkembangan para atlet jebolan PFA. Data-data tersebut kemudian dikumpulkan untuk dianalisis lebih lanjut, sebagai bahan evaluasi Akademi ke depan.

Lapangan sepak bola dengan rumput alami di MSC. Lapangan sepak bola dengan rumput alami di MSC.

Menurut Rizky, semua hal yang dilakukan PTFI melalui PFA, ialah semata demi berkontribusi terhadap masyarakat Papua.

"Sesuai dengan slogan atau motto PFA yakni, 'Dari Tanah Papua untuk Indonesia'," tandasnya. 

x|close