Ntvnews.id, Jakarta - Kami betanya kepada dua wartawan asing tentang peluang Indonesia ke Piala Dunia 2026. Satu dari Korea Selatan dan sudah mengenal lama pelatih timnas Shin Tae-yong, dan satu lagi dari Jepang dengan puluhan tahun pengalaman liputan sepak bola.
Yoshiyuki Osumi sudah lebih dari 50 tahun menjadi jurnalis khusus sepak bola di Jepang. Menjadi saksi kebangkitan sepak bola Negeri Sakura yang diawali dari kehadiran J-League di era 90-an, hingga berkeliling dunia menyaksikan langsung 12 episode Piala Dunia. Luar biasa!
Kami mengenal Osumi saat liputan di Gelora Bung Karno, Senayan, 15 November lalu. Usianya padahal sudah 73 tahun, tapi badannya masih terlihat tegap dan sangat jauh dari kesan jompo.
Sudah 30 buku yang ditulis Osumi. Semuanya tentang sepak bola. Namun saat Jepang bertemu Indonesia di putaran ketiga Piala Dunia 2026, Osumi tetap bergairah untuk turun gunung.
"Indonesia negara gila sepak bola. Atmosfernya luar biasa," kata Osumi kagum. Dia tercengang bahkan sebelum laga. Pasalnya, ada lebih dari 100 wartawan hadir dalam latihan resmi terakhir Jepang. "Saya belum pernah melihat begitu banyak wartawan seperti ini di Jepang," katanya.
Di mata Osumi, Indonesia kini jauh lebih kuat. Kehadiran pemain-pemain naturalisasi menurutnya telah mengubah wajah Skuad Garuda. Meski demikian, Osumi yakin Jepang masih di atas angin.
"Menurutku Jepang akan tetap memenangkan pertandingan. Skornya, ya 1-0," ujarnya saat kami minta memprediksi hasil duel Jepang vs Indonesia di putaran 3 kualifikasi Piala Dunia 2026.
Jepang menang sesuai 'ramalan' Osumi. Tapi skornya sangat telak 4-0. Sebuah kekalahan yang akhirnya membuat Timnas Indonesia terpuruk di dasar klasemen sementara Grup C putaran ketiga babak kualifikasi Piala Dunia 2026. Sebaliknya, Jepang semakin kokoh di posisi pertama.
Osumi sudah tidak di Indonesia saat skuad Garuda bangkit dan mengalahkan Arab Saudi 2-0 di lokasi yang sama. Namun bukan berarti dia tidak mengikuti pertandingan tersebut. Tepat setelah wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya, pertandingan Osumi mengirim pesan kepda kami.
"Selamat!" ujarnya melalui pesan Whatsapp.
Di laga lainnya, Jepang kembali memetik tiga poin saat bersua China. Bertanding di markas lawan, Samurai Biru kembali menang 3-1. Hasil ini semakin memperkuat posisi Jepang di urutan pertama. Sementara Indonesia kini berada di tempat ketiga Grup C dengan torehan 6 poin.
"Ada empat pertandingan sisa. Lima tim (di luar Jepang) berpeluang berada di urutan kedua, yang bearti tiket langsung ke Piala Dunia," kata Osumi saat kami tanya persaingan di Grup C.
"Jadi masing-masing tim, termasuk Indonesia punya peluang 20 persen. Tapi menurutku selisih gol akan sangat berpengaruh. Jadi Indonesia berada dalam situasi yang bagus saat ini," bebernya.
Di luar dua besar yang langsung lolos ke putaran final Piala Dunia 2026, tim dengan peringkat 3 dan 4--target Indonesia-- dari masing-masing grup masih berpeluang menyusul. Namun tim-tim ini nantinya akan bertarung lagi melalui babak play-off di putaran keempat.
Marselino Ferdinan Bawa Timnas Indonesia Unggul 2-0 atas Arab Saudi (Tangkapan Layar)
Pada jalur ini, peluang kelima tim di bawah Jepang, yakni Indonesia, Arab Saudi, Bahrain, dan China menurut Osumi juga masih sama, yakni 20 persen. Jadi kalau ditotal dengan matematika penjumlahan sederhana, maka Indonesia punya 40 persen peluang ke Piala Dunia 2026.
"Tapi nanti ada enam tim yang akan tampil pada babak penyisihan zona Asia putaran keempat. Mereka akan dibagi ke dalam 2 grup dengan masing-masing peserta 3 tim sesuai dengan urutan ranking FIFA. Jadwal laga akan sangat ketat bagi tim dengan peringkat rendah," katanya.
"Venue juga akan sangat berpangaruh," Osumi menambahkan.
Di sisi lain, Osumi melihat saat ini timnas Indonesia merupakan tim terbaik di ASEAN. Bahkan Osumi menganggap Skuad Garuda jadi salah satu tim terkuat di Asia. Hanya saja, Osumi yang ikut merekam proses kebangkitan sepak bola Jepang dari nol punya kekhawatiran tentang kebijakan naturalisasi pemain di timnas Indonesia. Sebab menurutnya, langkah terpenting dalam pembentukan tim yang kuat adalah pembinaan, seperti yang mereka lakukan di Jepang.
Bukan di federasi, tapi di klub-klub liga profesional. Jebolan-jebolan akademi klub J League menurut Osumi justru lebih banyak menghasilkan bibit-bibit baru untuk Samurai Biru. Salah satunya adalah Kaoru Mitoma yang ikut tampil melawan timnas Indonesia di GBK.
"Mitoma dikenal sebagai jebolan sekolah sepak bola (milik JFA), tapi dia pernah berlatih di akademi Kawasaki Frontale pada usia 12-18 tahun," kata Osumi.
"Kebijakan naturalisasi tidak bisa dilanjutkan lebih dari 10 tahun, tapi akademi di tim profesional akan menghasilkan pemain timnas untuk lebih dari 100 tahun," Osumi memberi masukan.
Sementara itu, Kim Tae-seok adalah wartawan dari Korea Selatan. Meski negaranya tidak satu grup dengan Indonesia, Kim justru tinggal lebih lama di Jakarta ketimbang Osumi.
Setelah kekalahan melawan Jepang, Kim juga hadir saat Indonesia bersua Arab Saudi. Kali ini, dia bahkan mengenakan jersey Timnas Indonesia. "Demi Shin Tae-yong saya hari ini jadi pendukung timnas Indonesia," kelakar Kim sebelum memasuki area tribun media di Stadion GBK, Senayan.
Berbeda dengan Osumi, Kim generasi 'kekinian'. Sembari mengetik jalannya pertandingan di laptop, dia juga sangat terampil merekam momen dengan telepon selularnya. Bidikannya jitu.
Apalagi yang terkait kebiasaan STY di lapangan. Insting Kim sangat kuat. Saat jeda turun minum, Kim menangkap momen unik saat STY menjewer telinga pemainnya, Marselino Ferdinan. Keakraban seperti ini menurut Kim sudah jadi ciri khas Shin Tae-yong selama jadi pelatih.
"Kemenangan bersejarah untuk Indonesia," ujarnya saat Indonesia akhirnya mengalahkan Arab Saudi 2-0. Marselino Ferdinan yang dijewer STY jadi pahlawan dengan dua golnya.
Kim ke Jakarta tentu bukan karena timnas Indonesia. Dia datang untuk STY. Menurut Kim, pelatih berusia 53 tahun tersebut adalah sosok yang sangat terkenal di Korea Selatan. Banyak yang menanti berita-berita terbaru pelatih yang pernah menukangi timnas Negeri Ginseng.
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong dan Marselino Ferdinan dalam jumpa pers usai kemenangan lawan Arab Saudi di GBK, Senayan, Selasa (19/11/2024). (NTVnews.id)
"Saya mengenalnya sudah lama. Mulai saat dia di klub Seongnam Ilhwa Chunma hingga saat di timnas Korea Selatan. Saat di klub, Shin Tae-yong jauh lebih mudah untuk dijangkau. Tapi berbeda ketika di timnas. Aturan yang ketat membuatnya sulit didekati," kata Kim Tae-sok.
STY mengenali Kim saat jumpa pers. Keduanya sempat bertegur sapa. Kim juga bertemu dan berbincang akrab dengan asisten pelatih Shin Tae-yong yang juga berasal dari Korea Selatan. Sebuah foto yang menunjukkan kedekatannya dengan STY juga sempat diperlihatkan Kim.
Dalam foto itu, Kim dan STY tampak tengah berjalan bersama di negara mereka.
Kim ikut lega melihat Indonesia akhirnya bisa mengalahkan Arab Saudi. Sebab sehari sebelumnya, dia sempat khawatir STY tidak kuat menahan beban yang muncul dari harapan tinggi publik Indonesia, terutama setelah kekalahan melawan Jepang. Saat itu, Kim melihat posisi STY mirip dengan pelatih dari Korea Selatan, Kim Pan-gon saat menangani timnas Malaysia. Tahun lalu, Kim Pan-gon juga mendapat tekanan luar biasa di Negeri Jiran hingga akhirnya mundur.
Menurut Kim, kemenangan lawan Arab Saudi membuat posisi Indonesia di Grup C lebih menguntungkan. Namun selisih poin yang mepet membuat perjungan Skuad Garuda tidak mudah. Finis di posisi dua besar memang memungkinkan, tapi Kim lebih posisi 3 dan 4 lebih realistis.
"Saat ini antusiasme masyarakat Indonesia kembali meningkat lagi, tapi jangan lupa target Shin Tae-yong adalah mengamankan posisi 3 dan 4. Saat ini, itu yang paling realistis," beber Kim.
Meski demikian, Kim menilai kekuatan timnas Indonesia belum sempurna. Harapan yang terlalu tinggi dari publik bisa seperti pedang bermata dua. Di satu sisi euforia timnas Indonesia bisa menguntungkan, tapi di satu sisi hal itu juga berpotensi jadi bumerang bila sampai berlebihan.
Kim pun mencotohkan situasi sepak bola di negaranya setelah Korea Selatan berhasil lolos semifinal di Piala Dunia 2002. Sejak saat itu, publik terlalu berharap besar kepada Taeguk Warriors. Akibatnya, selama tiga tahun sepak bola Korea Selatan jadi berantakan.
"Banyak pelatih yang dipecat karena tidak mampu memenuhi ekspektasi sangat tinggi dari fans. Mereka terus bertanya, 'Kenapa kita tidak juga mendapatkan pemain dengan kualitas yang sama seperti di Piala Dunia?' Banyak kritik dan itu membuat kekacauan di tim," kata Kim.
"Harapan yang berlebihan bisa jadi racun untuk tim," ujar wartawan situs Best Eleven itu.
Kim juga mengatakan, tuntutan kemenangan fans adalah hal lumrah. Hal itu juga terjadi di Korea Selatan. Setiap Piala Dunia datang, fans banyak yang menuntut kemenangan Kesatria Taeguk.
"Meski demikian, belakangan ini tumbuh juga pemahanan meski Korea Selatan dominan di Asia, tapi mereka tetaplah underdog di penyisihan grup Piala Dunia. Semakin banyak fans yang semakin memahami posisi timnas Korea Selatan di sepak bola dunia," kata Kim.
"Jadi Anda harus benar-benar mengingat apa yang dikatakan Shin Tae-yong (dalam jumpa pers sebelum pertandingan lawan Arab Saudi). Step by step (selangkah demi selangkah) adalah gambaran yang sangat penting bagi sepak bola Indonesia," beber Kim mengakhiri.