Ntvnews.id, Jakarta - Ketua Umum PSSI, Erick Thohir optimis bahwa pelatih baru yang akan segera menakhodai timnas Indonesia mampu mendongkrak performa skuad Garuda di pentas internasional.
Keyakinan ini diutarakannya dalam konferensi pers yang digelar pada Senin, 5 Januari 2025, usai PSSI resmi mengakhiri kerja sama dengan pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong.
Baca Juga: Pesan Menyentuh Jay Idzes, Kapten Timnas Indonesia Buat Shin Tae-yong Pasca Dipecat PSSI
Dalam keterangannya, Erick menegaskan bahwa ada tiga elemen kunci yang harus berjalan beriringan untuk meningkatkan performa tim nasional yakni, program yang tepat, pelatih berkualitas, dan pemain dengan kemampuan mumpuni.
Shin Tae Yong (Antara)
"Semuanya itu kan berdasarkan tiga. Satu programnya benar, konsisten. Pelatihnya juga bagus. Kualitas pemainnya juga harus bagus. Itu semua tiga yang tidak bisa terpisahkan," ujarnya dilansir Antara.
"Kalau cuma programnya bagus, pelatihnya tidak bagus, pemain yang tidak bagus ya tidak bisa sampai membawa improvisasi untuk timnas," tambahnya.
Erick menekankan bahwa program bagus tanpa pelatih berkualitas atau pemain dengan kemampuan yang memadai tidak akan mampu membawa timnas ke level yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, PSSI akan mendatangkan pelatih baru dari Eropa, khususnya Belanda, yang dinilai cocok dengan kebutuhan timnas saat ini.
Menurut Erick, keputusan memilih pelatih asal Belanda bukan tanpa alasan. Faktor waktu menjadi pertimbangan utama, mengingat timnas Indonesia harus mempersiapkan diri untuk pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang akan berlangsung dalam waktu dua setengah bulan.
"Ya banyak pilihan, bisa (dari) Italia, bisa Spanyol. Tapi kan dengan jeda dua setengah bulan kami harus berusaha menjaga dinamika yang ada selama ini, mengenai kultur, mengenai komunikasi, ini yang harus kita jaga. Ini yang menjadi pertimbangannya," jelasnya.
Selain itu, Erick juga mengungkapkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi Shin Tae-yong selama melatih timnas adalah faktor bahasa. Pelatih asal Korea Selatan itu hanya menguasai bahasa Korea, sementara pemain timnas Indonesia mayoritas hanya memahami bahasa Indonesia. Di sisi lain, banyak pemain diaspora yang lebih nyaman berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Ketika ditanya apakah pemilihan pelatih dari Eropa didasarkan pada permintaan para pemain diaspora, Erick dengan tegas membantah hal tersebut. Menurutnya, PSSI tidak pernah membeda-bedakan antara pemain naturalisasi dan pemain lokal.
"Kami tidak pernah membeda-bedakan antara pemain naturalisasi dengan pemain Indonesia. Ya kita lihat saja, tetapi tentu masalah komunikasi, masalah taktikal, itu adalah hal-hal yang akan kami evaluasi," ucap Erick.