PSSI Ulang Tahun ke-95, Simak Sejarah Perjalanannya Hingga saat Ini

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 20 Apr 2025, 12:45
thumbnail-author
Marco Tampubolon
Penulis & Editor
Bagikan
Logo - PSSI. Logo - PSSI. (ANTARA/HO-pssi.org/pri)

Ntvnews.id, Jakarta - Persatuan sepak bola seluruh Indonesia (PSSI) bertambah usia. Induk ogranisasi sepak bola di Tanah Air itu telah berumur 95 tahun pada Sabtu, 19 April 2025. 

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir dalam sambutannya berharap, momen ini jadi tonggak bagi perencanaan sepak bola Indonesia yang mendunia. Seperti diketahui, Indonesia baru saja lolos ke putaran final Piala Dunia U-17 yang akan berlangsung di Qatar pada November 2025 mendatang. 

Baca juga: PSSI Ulang Tahun Ke-95, Erick Thohir Banjir Ucapan dari Bintang Sepakbola Dunia

Ini merupakan kali kedua Indonesia mampu tampil di ajang ini. Sebelumnya, Garuda Muda juga bermain di Piala Dunia U-17 2023, tapi dengan status sebagai tuan rumah. 

Di level senior, Indonesia juga menyimpan asa untuk berlaga di Piala Dunia 2026. Tim Merah Putih di bawah asuhan Patrick Kluivert masih berjuang di ronde 3 babak kualifikasi zona Asia Grup C. 

"Tahun 1938, saat PSSI berusia 8 tahun, atas nama Hindia Belanda, kita sudah tampil di Piala Dunia Prancis. Kini, dengan transformasi sepak bola yang terus kita jalankan, kesempatan mencetak sejarah baru terbuka lebar. Mari kita ciptakan kebanggaan baru bagi sepakbola Indonesia," ujar Erick Thohir di acara HUT ke-95 PSSI di The Meru, Sanur, Bali, Sabtu (19/4).

Sementara itu, perjalanan PSSI hingga saat ini tentu tidak bisa dilepaskan dari peran Ir Soeratin Sosrosoegondo. Dia mendirikan organisasi ini pada 19 April 1930. Awalnya, PSSI bernama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia dengan ketua umum pertama adalah Soeratin.

Awalnya PSSI dibentuk sebagai alat perjuangan untuk mengusir penjajah, Belanda. Namun lama kelamaan, organisasi ini terus berkembang dan mengalami perubahan nama dan tujuannya.

Dalam perjalanan keorganisasiannya, PSSI bergabung dengan badan sepak bola dunia FIFA pada tahun 1952, kemudian dengan badan sepak bola Asia, AFC pada tahun 1954. PSSI menggelar beragam kompetisi dan turnamen, seperti Liga 1, Liga 2, Liga 3, Liga 1 Putri, Piala Indonesia, Elite Pro Academy, Piala Soeratin, Piala Presiden, Piala Bola Pantai, Piala Pertiwi, dan Piala Indonesia.

Kursi kepemimpinan PSSI saat ini diisi oleh Erick Thohir yang menang mutlak dengan memperoleh 64 suara pada Kongres Luar Biasa PSSI yang digelar pada 16 Februari 2023 di Hotel Shangri-La, Jakarta. Erick Thohir akan menjabat sebagai Ketua Umum PSSI hingga tahun 2027.

Untuk mengetahui sejarah singkat PSSI, simak informasi lengkapnya di bawah ini:

Perkumpulan Sepak bola di Indonesia

Cikal bakal berdirinya PSSI tidak lepas dari popularitas olahraga sepak bola di Tanah Air yang memang tinggi sejak dulu. Meski awalnya hanya sekadar hiburan di pasar-pasar malam, lambat laun olahraga sebelas lawan sebelas itu mulai membentuk perkumpulan yang jadi cikal bakal klub.

Pada tahun 1920, lapangan Singa (Lapangan Banteng) menjadi saksi di mana orang Belanda menggelar pertandingan panca lomba (vijfkam) dan tienkam (dasa lomba).

Khusus untuk sepak bola, serdadu di tangsi-tangsi militer paling sering bertanding. Mereka kemudian membentuk bond sepak bola atau perkumpulan sepak bola.

Dari bond-bond itulah kemudian terbentuk satu klub. Tak hanya serdadu militer, tetapi juga warga Belanda, Eropa, dan Indonesia membuat bond-bond serupa.

Dari bond-bond itu kemudian terbentuklah Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang pada tahun 1927 berubah menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU).

Sampai tahun 1929, NIVU mengadakan pertandingan termasuk dalam rangka memeriahkan pasar malam dan tak ketinggalan sebagai ajang judi.

Pada 1928 dibentuk Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) sebagai akibat dari diskriminasi yang dilakukan NIVB. Sebelumnya bahkan sudah dibentuk Persatuan Sepak Bola Djakarta (Persidja) pada 1925. Pada 19 April 1930, Persidja ikut membentuk Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di gedung Soceiteit Hande Projo, Yogyakarta.

Pada saat itu Persidja menggunakan lapangan di Jalan Biak, Roxy, Jakarta Pusat. (Sekarang bernama Stadion VIJ Petojo) .

Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepak bola berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) pada tahun 1936 yang merupakan milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) milik bangsa Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) milik orang Indonesia.

Lolos Piala Dunia

Pada 1938 Indonesia lolos ke Piala Dunia. Pengiriman kesebelasan Indonesia (Hindia Belanda) sempat mengalami hambatan. NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) atau organisasi sepak bola Belanda di Jakarta bersitegang dengan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) yang telah berdiri pada bulan April 1930.

PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan Jerman yang tinggal di Eropa, ingin pemain PSSI yang dikirimkan. Namun, akhirnya kesebelasan dikirimkan tanpa mengikutsertakan pemain PSSI dan menggunakan bendera NIVU yang diakui FIFA.


Indonesia yang saat itu masih menggunakan nama Hindia Belanda lolos ke Piala Dunia Prancis 1938 akibat pengunduran diri Jepang dalam kualifikasi. Dengan itu, Indonesia (Hindia Belanda) menjadi negara Asia pertama yang ikut Piala Dunia. Pada putaran pertama (babak 16 besar), Indonesia takluk pada Hungaria (yang kemudian menjadi runner-up Piala Dunia), dengan skor 0-6.

Sementara itu, pada masa penjajahan Jepang, semua bond sepak bola dipaksa masuk Tai Iku Koi bentukan pemerintahan militer Jepang. Pada masa ini, Taiso, sejenis senam, menggantikan olahraga permainan. Baru setelah kemerdekaan, olahraga permainan kembali semarak.

PSSI

PSSI dibentuk pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta dengan nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Sebagai organisasi olahraga yang lahir pada masa penjajahan Belanda, kelahiran PSSI ada kaitannya dengan upaya politik untuk menentang penjajahan.

PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo. Ia menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman, pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928.

Ketika kembali, Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda, Sizten en Lausada, yang berkantor pusat di Yogyakarta. Di sana dia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang duduk sejajar dengan komisaris perusahaan konstruksi itu. Akan tetapi, "didorong oleh semangat nasionalisme yang tinggi", dia kemudian memutuskan untuk mundur dari perusahaan tersebut.


Setelah berhenti dari Sizten en Lausada, Soeratin lebih banyak aktif di bidang pergerakan. Sebagai seorang yang gemar bermain sepak bola, dia menyadari kepentingan pelaksanaan butir-butir keputusan yang telah disepakati bersama dalam pertemuan para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Soeratin melihat sepak bola sebagai wadah terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda sebagai sarana untuk menentang Belanda.

Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Soeratin mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta, dan Bandung. Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi secara diam-diam untuk menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian, ketika mengadakan pertemuan di hotel Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta, Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta), dan juga pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi sepak bola nasional. Selanjutnya, pematangan gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung, Yogyakarta, dan Solo yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A. Hamid, dan Soekarno (bukan Bung Karno). Sementara itu, untuk kota-kota lainnya, pematangan dilakukan dengan cara kontak pribadi atau melalui kurir, seperti dengan Soediro yang menjadi Ketua Asosiasi Muda Magelang.

Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil dari VIJ (Sjamsoedin, mahasiswa RHS), BIVB - Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (Gatot), PSM - Persatuan sepak bola Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito, A. Hamid, dan M. Amir Notopratomo), VVB - Vortenlandsche Voetbal Bond Solo (Soekarno), MVB - Madioensche Voetbal Bond Madiun (Kartodarmoedjo), IVBM - Indonesische Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB - Soerabajasche Indonesische Voetbal BondSurabaya(Pamoedji). Dari pertemuan tersebut, diambillah keputusan untuk mendirikan PSSI, singkatan dari Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia. Nama PSSI lalu diubah dalam kongres PSSI di Solo pada tahun 1930 menjadi Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia sekaligus menetapkan Ir. Soeratin sebagai ketua umumnya.

  

x|close