Ntvnews.id, Jakarta - Piala Eropa 2024 yang kerap disebut sebagai perhelatan sepak bola terbesar kedua di dunia setelah Piala Dunia, resmi digulirkan pada 15 Juni lalu.
Total ada 24 tim peserta yang dibagi ke dalam enam grup.
Posisi unggulan diduduki tim-tim elit Prancis, Jerman, Spanyol, Inggris dan juara bertahan Italia. Mereka difavoritkan menjadi juara Piala Eropa 2024.
Namun dalam sejarah penyelenggaraan Piala Eropa khususnya dalam dekade terakhir kerap terjadi kejutan dengan tampilnya tim kuda hitam menjadi kampiun.
Jadi tidak tertutup kemungkinan kembali muncul tim kuda yang berhasil merebut Piala Eropa 2024.
Pengamat sepak bola, Firzie Idris mengatakan Piala Eropa memang sering memunculkan kuda hitam. Seperti yang terjadi pada Piala Eropa 1992 dimana Denmark berhasil jadi juara. Kemudian Yunani tampil mengejutkan dan juara Piala Eropa 2004. Lalu disusul Portugal pada 2016 dan Italia pada 2020.
"Tim kuda hitam adalah tim yang bukan unggulan. Secara di atas kertas mereka itu biasa saja. Tapi mereka bisa tampil lebih bagus dari ekpektasi," kata Firzie Idris dalam Dialog NTV Prime bertajuk 'Mencari Kuda Hitam Euro?' di NusantaraTV, Selasa (18/6/2024).
Fenomena kuda hitam, kata Firzie, memang sering mewarnai Piala Eropa. Bahkan dalam dua Piala Eropa terakhir yang berjaya adalah tim yang tergolong kuda hitam.
"Di 2016 yang juara Portugal. Mereka jauh dari unggulan ketika itu. Timnas Prancis bahkan sudah menyiapkan bus juara. Sudah disiapkan untuk keliling Kota Paris. Tapi akhirnya mereka mengalahkan ekpektasi publik yang begitu besar terhadap Prancis," beber Firzie.
"Kemudian Italia pada 2020. Saat itu mereka mungkin unggulan kelima atau unggulan keenam. Inggris ketika itu yang difavoritkan. Tapi Italia berhasil menaklukan Inggris di final," imbuhnya.
Menurut Firzie, salah satu kunci sukses tim-tim kuda hitam seperti Denmark dan Yunani menyabet gelar juara Piala Eropa adalah pertahanan mereka yang sangat kuat.
Pandangan tersebut diperkuat dengan data turnamen. Tercatat kiper Denmark, Peter Schmeichel melakukan 27 penyelamatan sepanjang turnamen.
"Itu menjadi salah satu jumlah tertinggi sepanjang turnamen dan membuktikan bahwa titik kuat pertahanan terutama kiper penting," papar Firzie.
"Yunani juga hanya kebobolan empat gol dari enam pertandingan. Mainnya memang boring waktu itu 1-0, 1-0. Tapi they get the job done and they get the result," lanjutnya.
"Ini yang membuat mereka layak menjadi dark horse atau kuda hitam yang sangat tidak diunggulkan karena waktu itu Yunani juga baru tampil dalam turnamen besar kedua mereka setelah Puala Dunia 1994. Dan sukses mereka menjadi juara Piala Eropa 2004 mengejutkan banyak pihak," sambungnya.
"Tim-tim yang memang di atas kertas jauh dari diunggulkan. Tapi ketika mereka bertemu tim tim elit mereka bisa memberikan kejutan," pungkasnya.