Ntvnews.id, Jakarta - Produsen mobil asal Korea Selatan (Korsel), Kia Corp, dilaporkan tengah mengurangi produksi mobil listrik terbaru mereka, yakni Kia EV9, di Amerika Serikat (AS).
Anak perusahaan dari Hyundai Motor Company itu dihadapkan pada peraturan Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) yang ketat di Negara Paman Sam tersebut.
Menurut sumber industri pada Minggu, 17 November 2024, seperti dilaporkan The Korea Herald, fasilitas manufaktur Hyundai Motor Group di Georgia, yang mulai beroperasi bulan lalu, memproduksi sebanyak 21 unit Kia EV9 pada kuartal ketiga (Q3) 2024, dan hanya satu yang laku terjual di AS
Mengingat volume penjualan bulanan Kia EV9 sekitar 1.800 unit, membuat produksi di AS berdampak pada penjualan SUV berukuran besar untuk keluarga tersebut yang memulai debutnya pada Mei tahun ini.
Sebagian besar Kia EV9 yang dijual di AS diimpor dari pabrik mobil Kia di Korea. Kekhawatiran Kia untuk meningkatkan penjualan EV9 muncul setelah aturan Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang lebih ketat, yakni melarang baterai yang diproduksi atau dirakit oleh Entitas Asing yang Berkepentingan.
Mulai 2025, kendaraan listrik (electric vehicle/EV) juga harus menghindari bahan baterai yang bersumber dari negara-negara FEOC untuk menerima subsidi penuh sebesar US$7.500 (sekitar Rp118,80 juta).
SUV bertenaga baterai ini dilengkapi dengan sel baterai dari pemasok Korea SK On, yang diproduksi di China, negara yang ditetapkan sebagai FEOC.
Akibatnya, Kia EV9 hanya memenuhi syarat untuk mendapatkan setengah dari kredit pajak IRA.
"EV9 tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan manfaat penuh dari IRA karena masalah baterai, beserta faktor-faktor lain, termasuk harga," kata seorang pejabat Kia.
Harga Kia EV9 dibanderol mulai dari US$56.395 (sekitar Rp893,35 juta), dengan model GT diperkirakan memiliki harga sekitar US$80.000 (sekitar Rp1,26 miliar).
Diketahui, IRA memberikan insentif untuk SUV dan truk pikap listrik dengan harga di bawah US$80.000 (Rp1,26 miliar).