Ntvnews.id, Jakarta - General Motors (GM) mengumumkan perusahaan akan menjual sahamnya di pabrik baterai kendaraan listrik di Lansing, Michigan, Amerika Serikat (AS) kepada mitra mereka, LG Energy Solution dari Korea Selatan (Korsel).
Produsen mobil ini menyesuaikan strategi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan berharap untuk mendapatkan kembali investasi sekitar US$1 miliar di fasilitas tersebut, yang tetap akan menyuplai sel energi untuk kendaraan listrik GM di masa depan.
Langkah ini, yang diumumkan pada Senin (2/12/2024), mencerminkan keputusan GM untuk mengoptimalkan fasilitas baterai yang ada di Ohio, Tennessee, serta Lansing, guna memenuhi permintaan kendaraan listrik jangka pendek tanpa perlu investasi modal tambahan.
Meskipun penjualan kendaraan listrik GM terus meningkat, adanya penurunan permintaan dan ketidakpastian terkait masa depan kredit pajak kendaraan listrik federal menambah keraguan atas prospek jangka panjang industri tersebut.
Transaksi ini diharapkan dapat diselesaikan pada kuartal pertama tahun depan, menurut pernyataan resmi GM, seperti dikutip Reuters, Selasa, 3 Desember 2024.
GM tetap mempertahankan 50 persen saham di Ultium Cells LLC bersama LG, yang memiliki pabrik baterai di Ohio dan Tennessee. Pabrik di Lansing hampir selesai dan LG akan memiliki hak untuk menjual sel baterai yang diproduksi di sana, baik untuk GM maupun produsen mobil lainnya, kata juru bicara GM, Jim Cain.
Paul Jacobson, Wakil Presiden Eksekutif dan CFO GM, menyatakan, perusahaan memiliki sel dan kemampuan manufaktur yang tepat untuk tumbuh bersama pasar kendaraan listrik secara efisien dari sisi modal.
"Jika transaksi ini selesai, hal ini juga akan membantu LG Energy Solution dalam memenuhi permintaan, memanfaatkan kapasitas yang hampir siap beroperasi, sekaligus meningkatkan efisiensi GM," imbuhnya.
GM dan LG juga berencana mengembangkan sel prismatik bersama, menggantikan sel kantong yang saat ini diproduksi oleh Ultium.
Sel prismatik berbentuk persegi panjang ini dirancang untuk lebih efisien dalam hal pengemasan, mengurangi berat dan biaya, serta menyederhanakan proses produksi.
Di bawah pimpinan Kurt Kelty, mantan eksekutif Tesla yang dipekerjakan GM pada awal tahun ini, perusahaan ini mulai melakukan perubahan pada bentuk dan komposisi sel serta kemasan baterainya.
Kelty menyatakan GM tengah mengeksplorasi berbagai jenis kimia dan desain sel untuk menemukan solusi yang paling optimal bagi kendaraan mereka.
Penggunaan sel dengan bentuk dan bahan yang seragam pada awalnya bertujuan untuk mempercepat peluncuran berbagai model kendaraan listrik.
Namun, kini dengan hampir selusin model yang dipasarkan, GM lebih fokus pada cara untuk menekan biaya produksi baterai.
Dengan sel prismatik, GM dapat menggabungkan lebih banyak baterai dalam satu paket untuk memaksimalkan kapasitas penyimpanan energi, sambil menekan biaya dan bobot kendaraan.
Selain itu, GM juga dilaporkan telah berdiskusi dengan TDK Corp. dari Jepang untuk memproduksi baterai di pabrik AS yang mengadopsi teknologi litium besi fosfat (LFP) yang dilisensikan dari Contemporary Amperex Technology Co. dari China.
Baterai LFP ini lebih murah, meskipun memiliki kapasitas penyimpanan energi yang lebih rendah dibandingkan dengan baterai berbasis litium ion yang kaya nikel.
Mulai tahun depan, Chevy Bolt EV akan menggunakan baterai litium besi fosfat, meskipun baterai tersebut belum akan diproduksi oleh usaha patungan TDK di AS.