Ntvnews.id, Jakarta - Ferrari memastikan produksi mobil sport mewahnya akan selalu dilakukan di Maranello, kampung halaman mereka di Italia utara, termasuk untuk model listrik pertama yang diharapkan diluncurkan tahun depan.
Hal itu dikatakan CEO Ferrari Benedetto Vigna pada Selasa, 10 Desember 2024, seperti dilaporkan Reuters.
Keputusan ini tidak akan berubah meskipun ada potensi pemberlakuan tarif baru di pasar internasional, termasuk di Amerika Serikat (AS), setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden.
"Kami memproduksi mobil di Maranello," kata Vigna dalam konferensi Reuters NEXT di New York, Amerika Serikat, saat ditanya apakah Ferrari akan mempertimbangkan memproduksi mobil di AS.
"Kami akan menjual mobil di AS, tetapi produksi tetap di Maranello," tambahnya.
Vigna mengungkapkan dirinya tidak memperkirakan adanya perubahan signifikan dalam permintaan meski Trump terpilih sebagai presiden.
Presiden terpilih AS itu sebelumnya mengisyaratkan kemungkinan tarif tinggi untuk produk-produk buatan Eropa. "Buku pesanan kami sudah penuh," ujar Vigna.
"Dia akan memutuskan apa yang harus dilakukan di sini, dan kami akan menyesuaikan dengan aturan baru itu. Tarif akan diberlakukan untuk kami dan semua orang. Hal itu baik karena perubahan di sekitar kita justru mendorong lebih banyak inovasi," tambahnya.
Vigna, yang sebelumnya bekerja di sektor teknologi dan menjabat sebagai CEO Ferrari sejak 2021, juga menegaskan mobil listrik pertama Ferrari akan diluncurkan pada kuartal keempat (Q4) 2025.
Saat ditanya soal harga, yang menurut laporan Reuters awal tahun ini diperkirakan mencapai 500.000 euro (sekitar Rp8,35 miliar), Vigna mengatakan harga akan ditentukan pada saat yang tepat.
"Itu tergantung pada emosi yang bisa kami hadirkan lewat mobil tersebut," kata Vigna.
Ferrari tahun lalu mulai menerima pembayaran untuk mobil-mobil mewahnya dalam bentuk mata uang kripto, namun Vigna menegaskan perusahaan tidak berinvestasi dalam kripto.
"Kami ingin memberikan opsi bagi klien. Tapi dalam hal ini, kami tetap menerima pembayaran dalam mata uang konvensional, dolar atau euro, tergantung negara. Kami lebih memilih uang tunai," jelas Vigna.
Dia menambahkan, pembayaran menggunakan kripto pertama kali diterima di AS pada tahun lalu dan kini juga tersedia di beberapa dealer Eropa.