Ntvnews.id, Jakarta - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) bersama produsen baterai terkemuka telah membentuk gugus tugas untuk menangani dampak penurunan permintaan kendaraan listrik.
Pada Senin, 20 Januari 2025, dilaporkan Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan, serta Asosiasi Industri Baterai Korea, sebuah organisasi nirlaba yang berada di bawah pengawasan Kementerian Perindustrian, mengadakan rapat dengan sejumlah produsen utama di sektor ini.
Perusahaan-perusahaan yang hadir termasuk tiga produsen baterai terbesar di Korea, yakni LG Energy Solution, Samsung SDI, dan SK On, serta produsen material seperti LG Chem, Lotte Energy Materials, dan EcoPro.
Rapat ini bertujuan merumuskan strategi dalam meningkatkan daya saing industri dan membahas isu-isu terkait rantai pasokan global, serta ketersediaan bahan baku penting seperti litium dan nikel.
Selain itu, gugus tugas juga berencana mengkaji langkah-langkah dukungan pemerintah bagi sektor kendaraan ramah lingkungan dan baterai isi ulang yang kini tengah terpuruk akibat penurunan penjualan kendaraan listrik yang terus berlanjut.
Seorang sumber yang enggan disebutkan mengungkapkan selain stagnasi industri, produsen Korea kemungkinan besar akan menghadapi tantangan baru seiring dengan kebijakan perdagangan proteksionis yang lebih ketat di era pemerintahan kedua Donald Trump.
Baca Juga: Jepang Alami Penurunan Penjualan Kendaraan Listrik 33% pada 2024
"Meskipun sulit untuk mengharapkan dukungan besar seperti subsidi yang diterima produsen baterai di China, kami berharap pemerintah Korea akan mempertimbangkan pemberian insentif yang lebih besar," ujar sumber tersebut, seperti dilaporkan The Korea Herald, Senin, 20 Januari 2025.
Industri ini juga mencatat subsidi yang diberikan pemerintah Korea jauh lebih kecil dibandingkan dengan investasi yang digelontorkan oleh produsen baterai Korea dalam bidang riset dan pengembangan.
Berdasarkan laporan keuangan, LG Energy Solution, Samsung SDI, dan SK On mengalokasikan total 2,9 triliun won (sekitar US$2 miliar) untuk R&D pada periode Januari hingga September tahun lalu, meningkat 10,7 persen dibandingkan dengan tahun 2023.
Selama periode tersebut, LG Energy Solution dan Samsung SDI masing-masing menerima bantuan sebesar 53 juta won dan 67 juta won dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian Lingkungan Hidup Korea.
Sebaliknya, CATL, produsen baterai terbesar di dunia yang berbasis di China, melaporkan mereka menerima subsidi pemerintah sebesar 5,1 miliar yuan (sekitar US$692,9 juta).
"Pemerintah Korea cenderung lebih berhati-hati dalam memberikan dana besar kepada perusahaan besar, karena mereka memiliki kapasitas investasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil atau startup. Namun, dibandingkan dengan China, jelas industri ini masih kekurangan dukungan finansial dari negara," sebut sumber lain dalam industri.