Ntvnews.id, Jakarta - Tesla mengumumkan mereka sedang dalam jalur yang tepat untuk merilis model kendaraan listrik yang lebih terjangkau pada paruh pertama 2025.
Selain itu, perusahaan juga akan memulai uji coba layanan mobil otonom berbayar pada Juni mendatang, yang disambut baik oleh para investor meskipun hasil laporan keuangan kuartalan Tesla gagal memenuhi ekspektasi Wall Street.
Setelah pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang didukung CEO Elon Musk, nilai pasar Tesla sempat melonjak.
Namun, perusahaan menghadapi penurunan pengiriman kendaraan pada tahun lalu, yang meningkatkan kebutuhan untuk meluncurkan model kendaraan dengan harga lebih rendah, serta teknologi otonom dan perangkat lunak yang diyakini Musk akan memperkuat masa depan keuangan Tesla.
Harga saham Tesla naik 4 persen setelah perusahaan mengungkapkan rencana untuk mengurangi biaya dan fokus pada pengembangan model baru.
"Mobil Tesla akan dapat beroperasi secara mandiri tanpa pengemudi pada Juni di Austin," kata Musk dalam sebuah panggilan telepon dengan analis dan investor, seperti dikutip dari Reuters, Kamis, 30 Januari 2025.
Dia menambahkan perusahaan akan berhati-hati untuk memastikan keselamatan penumpang dan masyarakat umum.
Musk juga mengungkapkan Tesla akan menguji perangkat lunak Full Self-Driving (FSD) tanpa pengawasan di negara bagian lain, termasuk California, pada tahun ini, meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang layanan berbayar ini.
Meskipun belum memberikan informasi detail tentang model kendaraan terjangkau, seperti harga atau ukuran, Tesla berusaha menurunkan biaya produksi.
Perusahaan mengungkapkan biaya rata-rata bahan dan tenaga kerja untuk memproduksi mobil telah mencapai level terendah sepanjang sejarah pada kuartal keempat, didorong oleh penurunan harga bahan baku.
Menurut perhitungan Reuters, biaya pembuatan Tesla kini berada sekitar US$33.000 (sekitar Rp536,03 juta), turun dari hampir US$39.000 (Rp633,49 juta) dua tahun lalu.
Baca Juga: Mitsubishi Bakal Luncurkan Mobil Listrik di AS Tahun Depan, Terinspirasi Konsep Nissan?
Tesla memiliki sejarah penundaan pengiriman produk, namun komitmen perusahaan untuk meluncurkan model baru pada semester pertama 2025 dianggap positif oleh para analis, seperti Thomas Martin dari Globalt Investments.
Penurunan biaya produksi juga dinilai memberi dampak positif pada kinerja perusahaan.
Meskipun sebelumnya Tesla membatalkan rencana untuk memproduksi platform kendaraan murah untuk pasar massal, yang dikenal sebagai Model 2, Musk menjelaskan perusahaan akan memanfaatkan platform dan lini produksi yang ada untuk menghasilkan model yang lebih terjangkau tahun ini.
Tesla juga merencanakan produksi robotaxi secara komersial pada 2026 di pabriknya di Texas. Musk percaya FSD dan robotaxi memiliki potensi untuk menjadi kenyataan dalam beberapa tahun mendatang, meskipun beberapa model Tesla lama akan membutuhkan pembaruan perangkat keras untuk dapat mengemudi sepenuhnya secara mandiri.
Strategi Tesla untuk mendorong permintaan kendaraan listrik dengan pembiayaan yang lebih murah diperkirakan akan mempengaruhi margin keuntungan perusahaan, terutama di tengah tingginya suku bunga.
Margin keuntungan Tesla pada kuartal keempat turun menjadi 13,59 persen dari 17,05 persen pada kuartal sebelumnya, sementara Wall Street memperkirakan margin tersebut mencapai 16,2 persen.
Pendapatan Tesla untuk kuartal Oktober-Desember tercatat sebesar US$25,71 miliar (Rp417,61 triliun), lebih rendah dari estimasi analis yang sebesar US$27,27 miliar (Rp442,95 triliun).
Laba per saham yang disesuaikan mencapai 73 sen, sedikit di bawah perkiraan analis sebesar 76 sen.
Pengiriman tahunan Tesla menurun untuk pertama kalinya pada tahun lalu, seiring dengan kenaikan biaya pinjaman dan persaingan yang semakin ketat, termasuk dari pesaing seperti BYD dari China dan produsen mobil Eropa seperti BMW dan Volkswagen yang meluncurkan model kendaraan listrik lebih terjangkau.
Tesla optimis bisnis kendaraan akan tumbuh kembali pada 2025, meskipun Musk tidak mengulang proyeksi sebelumnya jika penjualan kendaraan akan meningkat antara 20 persen hingga 30 persen.
Di sisi lain, kebijakan tarif impor yang dijanjikan Presiden Trump tahun ini berpotensi mengganggu rantai pasokan dan meningkatkan biaya produksi bagi Tesla.
CFO Tesla, Vaibhav Taneja, mengonfirmasi tarif impor dapat memengaruhi bisnis dan profitabilitas Tesla yang masih bergantung pada pemasok luar negeri.
Menurut analis Garrett Nelson dari CFRA Research, prospek kendaraan tanpa pengemudi dan potensi lonjakan 50 persen dalam penerapan unit penyimpanan energi memberikan gambaran positif tentang masa depan Tesla.