Raksasa Otomotif Eropa Setop Proyek Pabrik Baterai Kendaraan Listrik

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 7 Jun 2024, 11:31
Adiantoro
Penulis & Editor
Bagikan
Raksasa otomotif Eropa, Mercedes-Benz dan Stellantis menghentikan proyek pabrik baterai kendaraan listrik mereka di Eropa. (Foto: ArenaEV) Raksasa otomotif Eropa, Mercedes-Benz dan Stellantis menghentikan proyek pabrik baterai kendaraan listrik mereka di Eropa. (Foto: ArenaEV)

Ntvnews.id, Jakarta - Raksasa otomotif Eropa, Mercedes-Benz dan Stellantis menghentikan proyek pabrik baterai kendaraan listrik mereka di Eropa.

Dilansir dari ArenaEV, Jumat (7/6/2024), keputusan tersebut, yang diumumkan oleh perusahaan patungan mereka Automotive Cells Company (ACC), menimbulkan pertanyaan mengenai arah masa depan teknologi dan produksi baterai kendaraan listrik di Eropa.

ACC, yang dibentuk pada 2021 untuk membangun rantai pasokan baterai yang kuat di Eropa, telah mendapatkan investasi sebesar €4,38 miliar (sekitar Rp77,4 triliun) pada awal tahun ini. 

Dana tersebut dialokasikan untuk pembangunan empat pabrik, termasuk satu yang sudah beroperasi di Douvrin, Prancis. Namun, perusahaan-perusahaan tersebut kini telah menghentikan pengerjaan fasilitas Jerman yang akan datang, dan menghentikan persiapan untuk pembangunan fasilitas lain di Italia.

ACC menyatakan ini bukanlah penghentian proyek, keputusan ini hanyalah sebuah penilaian ulang strategis yang signifikan. Perusahaan menyebutkan kebutuhan untuk tetap fleksibel dan responsif terhadap tren pasar yang berkembang sebagai alasan di balik jeda tersebut. 

Baca Juga: Elon Musk Pertimbangkan Permintaan Bangun Pabrik Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia

Kepala ACC, Yann Vincent, menunjuk pada persepsi melambatnya permintaan kendaraan listrik di Eropa. Sebuah klaim yang tampaknya bertentangan dengan angka penjualan baru-baru ini yang menunjukkan peningkatan sebesar 14,8 persen dari tahun ke tahun pada April.

Jeda konstruksi terjadi di tengah spekulasi jika ACC sedang mempertimbangkan peralihan ke sel litium besi fosfat (LFP). 

Meskipun menawarkan kepadatan energi yang lebih rendah dibandingkan sel nikel mangan kobalt (NMC) yang biasa digunakan pada kendaraan listrik, sel LFP memiliki beberapa keunggulan utama. 

Batubara ini dinilai lebih murah, tahan lama, dan mengandalkan sumber mineral yang lebih mudah. Potensi peralihan ke teknologi LFP ini sejalan dengan tren yang lebih luas di pasar kendaraan listrik.

Beberapa produsen mobil, khususnya yang menyasar segmen pasar massal, telah mulai memasukkan sel LFP ke dalam kendaraan mereka untuk menekan biaya. 

Keberhasilan produsen mobil China, yang memanfaatkan teknologi LFP untuk menawarkan kendaraan listrik dengan harga bersaing, semakin memicu minat terhadap bahan kimia baterai alternatif ini.

Meskipun ada penundaan, peralihan ke sel LFP pada akhirnya terbukti bermanfaat bagi ACC dan pasar kendaraan listrik Eropa. 

Dengan memanfaatkan teknologi baterai yang lebih hemat biaya, ACC mungkin dapat menawarkan kendaraan listrik yang lebih terjangkau, sehingga meningkatkan aksesibilitasnya ke konsumen yang lebih luas. 

Selain itu, produksi sel LFP di Eropa dapat membantu memitigasi risiko yang terkait dengan gangguan rantai pasokan dan ketegangan geopolitik.

x|close