PMI Manufaktur Indonesia Anjlok ke Zona Kontraksi, Sri Mulyani Bakal Investigasi

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 2 Agu 2024, 16:49
Muslimin Trisyuliono
Penulis
Tim Redaksi
Editor
Bagikan
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani (Ntvnews.id-Muslimin Trisyuliono) Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani (Ntvnews.id-Muslimin Trisyuliono)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani akan menginvestigasi pemicu melemahnya Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia.

Hal tersebut setelah Standard & Poor's Global Rating atau S&P global merilis data PMI manufaktur Indonesia di zona kontraksi 49,3 pada Juli 2024 dibanding Juni 2024 sebesar 50,7 dan 54,2 pada Maret 2024.

"Kami akan lakukan investigasi pada sisi permintaan," ucap Sri Mulyani usai konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuaangan (KSSK) di Jakarta, Jumat, 2 Agustus 2024. 

Sri Mulyani melanjutkan, saat ini tren ekspor di berbagai negara mengalami pelemahan. Namun, ia menyebut ekspor Indonesia masih memiliki harapan.

"Masih ada harapan terhadap India dari barang bukan manufaktur. Manufaktur diukur PMI yang seperti tekstil alas kaki, sehingga tidak mencerminkan manufaktur yang banyak di Indonesia seperti hilirisasi belum ter-capture, seperti juga lainnya CPO," ungkapnya.

Baca juga: Sri Mulyani Pede Ekonomi RI 2024 Tumbuh 5,2 Persen, Ini Faktor Pendorongnya

Baca juga: Sri Mulyani: Stabilitas Sistem Keuangan RI Kuartal II 2024 Tetap Terjaga

Lebih lanjut, ia akan terus mendukung dari sisi kebijakan untuk meningkatkan daya saing pelaku usaha dalam negeri.

"Pemerintah akan mendukung dengan berbagai macam dukungan. Kalau sifatnya impor adalah persaingan perdagangan yang tidak sehat akan melakukan langkah korektif. Ada PMN anti dumping. Kami gunakan instrumen fiskal," jelas Sri Mulyani.

Bendahara negara itu berharap, penurunan PMI manufaktur hanya bersifat sementara. Lantaran jika dilihat dari kepercayaan bisnis pada Juli 2024 mengalami level tertinggi sejak Februari.

"Ini berarti ada suatu optimisme yang masih ada dan ini yang akan kita terus eksplore. Produsen manufaktur tetap optimistis bahwa volume penjualan mereka dalam hal ini produksinya akan meningkat seiring kondisi market yang tahun depan diharapkan menguat. Itu memberikan harapan sehingga kita harapkan koreksi PMI ini sifatnya sementara," tandasnya.

Apa Itu PMI Manfufaktur Indonesia 

PMI Manufaktur Indonesia adalah singkatan dari Purchasing Managers' Index sektor manufaktur di Indonesia. PMI adalah indikator ekonomi yang merepresentasikan kondisi bisnis di sektor manufaktur. Indeks ini dihitung berdasarkan survei bulanan yang dilakukan terhadap manajer pembelian di berbagai perusahaan manufaktur, yang meliputi lima komponen utama: pesanan baru, produksi, ketenagakerjaan, waktu pengiriman pemasok, dan stok pembelian.

Nilai Indeks PMI

1. Nilai di atas 50: Menunjukkan ekspansi atau pertumbuhan sektor manufaktur dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
2. Nilai di bawah 50: Menunjukkan kontraksi atau penurunan sektor manufaktur dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Kontraksi PMI Manufaktur Indonesia

Jika disebutkan bahwa PMI manufaktur Indonesia mengalami kontraksi, ini berarti nilai indeks berada di bawah 50. Ini mengindikasikan bahwa sektor manufaktur Indonesia sedang mengalami penurunan aktivitas.

Kontraksi dalam PMI bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
1. Penurunan pesanan baru: Bisa disebabkan oleh berkurangnya permintaan domestik maupun ekspor.
2. Pengurangan produksi: Akibat dari berkurangnya pesanan baru.
3. Pengurangan tenaga kerja: Bisa karena penurunan produksi atau upaya efisiensi biaya.
4. Waktu pengiriman yang lebih lambat: Bisa disebabkan oleh gangguan rantai pasokan.
5. Penurunan stok bahan baku: Indikasi bahwa perusahaan mungkin mengurangi pembelian karena ekspektasi penurunan produksi lebih lanjut.

Kontraksi ini biasanya menunjukkan bahwa ekonomi sedang menghadapi tantangan, yang bisa memengaruhi kebijakan ekonomi dan keputusan bisnis di masa depan.

Halaman
x|close