Ini Kata Ahli Soal AS yang Disebut akan Segara Terjun ke Lubang Resesi

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 6 Agu 2024, 10:01
Deddy Setiawan
Penulis
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Ilustrasi. Bendera Amerika Serikat Ilustrasi. Bendera Amerika Serikat

Ntvnews.id, Washinton DC - Beberapa ahli dan investor mengungkapkan kekhawatiran bahwa Amerika Serikat (AS) mungkin akan mengalami resesi pada tahun depan, dipicu oleh meningkatnya angka pengangguran di negara tersebut.

Dilansir dari Aljazeera, Selasa, 6 Agustus 2024, berdasarkan data yang dirilis pada Jumat, tingkat pengangguran melonjak ke 4,3% pada Juli 2024, level tertinggi dalam hampir tiga tahun. Kenaikan ini telah mendorong pembicaraan mengenai kemungkinan pemotongan suku bunga dalam pertemuan Federal Reserve yang akan datang pada bulan September.

"Lonjakan angka pengangguran ini mengindikasikan resesi pada tahun 2025," kata Gary Clyde Hufbauer, peneliti senior di Peterson Institute for International Economics, kepada Al Jazeera.

Baca Juga: Ayu Ting Ting Dirampok di Amerika Serikat

"Saya memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan September dan akan melanjutkannya di pertemuan-pertemuan berikutnya. Langkah tersebut mungkin akan memastikan resesi yang tidak terlalu dalam," tambahnya.

Pasar saham juga merespons dengan ketakutan terhadap kemungkinan resesi. Pada hari Jumat, Dow Jones Industrial Average anjlok hampir 500 poin.

Nasdaq Composite berakhir turun 2,3%, menghapus sebagian besar kenaikan 2,6% yang terjadi pada Rabu, yang merupakan hari terbaik indeks teknologi tinggi tersebut sejak Februari. S&P 500 mengalami volatilitas intraday terbesar sejak November 2022 dan ditutup turun 1,4%. 

Ekonom dari Goldman Sachs dan Citigroup juga telah menyesuaikan ekspektasi mereka terhadap pemotongan suku bunga bank sentral. Mereka memperkirakan penurunan suku bunga sebesar setengah poin pada bulan September dan November, serta penurunan seperempat poin pada bulan Desember.

Baca Juga: Breaking News! Joe Biden Mundur dari Pilpres Amerika Serikat

Selain meningkatnya angka pengangguran, sektor manufaktur juga menunjukkan tanda-tanda negatif yang dapat diinterpretasikan sebagai indikasi tren penurunan ekonomi.

Namun, tidak semua ahli meramalkan resesi pada tahun depan. Nancy Vanden Houten, kepala ekonom di Oxford Economics, menekankan bahwa meskipun tingkat pengangguran meningkat, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan.

"Pertama, lebih banyak orang yang memasuki pasar kerja, sekitar 420.000 orang baru bergabung bulan lalu, termasuk imigran baru, dan ini merupakan hal yang positif," ujar Vanden Houten dalam laporan yang sama.

Selain itu, survei pekerjaan menunjukkan lonjakan besar dalam jumlah orang yang melaporkan mengalami PHK sementara atau tidak bekerja karena cuaca buruk, merujuk pada perlambatan pekerjaan di Texas akibat Badai Beryl bulan lalu.

"Jumlah orang yang tidak bekerja pada bulan Juli karena cuaca buruk lebih tinggi daripada bulan-bulan lain di luar musim dingin sejak September 2017, ketika Badai Harvey, Irma, dan Maria menghantam Tenggara AS," kata Matt Colyar, asisten direktur di Moody's Analytics.

Mata uang Dolar AS/ist Mata uang Dolar AS/ist

"Ini menunjukkan bahwa langkah-langkah yang diambil Federal Reserve untuk memperlambat ekonomi dan pekerjaan sedang berjalan, sehingga orang tidak terus-menerus berpindah pekerjaan dan mendapatkan kenaikan gaji 8-10%. Ini tidak berarti resesi," tambah Colyar.

Meskipun tidak melihat tanda-tanda resesi, Colyar dan Vanden Houten masih memprediksi pemotongan suku bunga, dengan satu pemotongan seperempat poin pada bulan September dan satu lagi pada bulan Desember.

"Butuh lebih dari satu laporan pekerjaan yang buruk untuk mengatakan bahwa resesi yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba," kata Colyar.

Namun, data terbaru yang akan datang kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh sentimen pemilihan presiden mendatang. Tim kampanye kandidat Partai Republik, Donald Trump, telah menyebutkan bahwa data pengangguran ini mencerminkan kegagalan pemerintahan Joe Biden-Kamala Harris.

"Setiap pelemahan ekonomi akan merugikan petahana. Meskipun Joe Biden tidak lagi mencalonkan diri, Wakil Presiden Kamala Harris merupakan bagian dari Tim Biden, dan ini dapat berdampak negatif padanya," tambah Vanden Houten.

Halaman
x|close