Heman Bekele, Bocah 15 Tahun Ciptakan Sabun untuk Cegah Kanker Kulit

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 21 Agu 2024, 14:31
Alber Laia
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Heman Bekele. Heman Bekele. (Instagram)

Ntvnews.id, Luar Negeri - Heman Bekele, seorang remaja berusia 15 tahun, telah membuat gebrakan di dunia penelitian kanker kulit dengan inovasi cemerlangnya.

Kisah inspiratif Bekele dimulai dari pengamatannya saat kecil di Ethiopia, di mana ia melihat dampak buruk paparan sinar matahari terhadap kulit manusia. Meski banyak orang bekerja di bawah teriknya matahari tanpa pelindung, Bekele sangat menyadari risiko kesehatan yang ditimbulkan.

Baca Juga:

Kemenkeu Buka Lowongan CPNS 2024, Ada 1.230 Formasi

Pengadilan Tolak Gugatan PDIP ke Ade Armando

"Ketika saya masih muda, saya tidak terlalu memikirkannya, tetapi ketika saya datang ke Amerika, saya menyadari betapa besarnya masalah yang ditimbulkan oleh sinar matahari dan radiasi ultraviolet ketika Anda terpapar sinar matahari dalam waktu lama," ucapnya, dikutip dari People, pada Rabu, (21/8/2024).

Saat berusia 7 tahun dan pindah ke Amerika Serikat, Bekele mendapat hadiah Natal berupa peralatan eksperimen kimia, termasuk natrium hidroksida. Hadiah ini memicu ketertarikan mendalamnya pada reaksi kimia.

Heman Bekele <b>(Instagram)</b> Heman Bekele (Instagram)

Dengan latar belakang ini, Bekele mulai tertarik pada penelitian kanker kulit dan pengobatannya. Ia menemukan imiquimod, obat yang telah disetujui untuk mengobati beberapa jenis kanker kulit, dan berfokus pada pengembangan metode baru untuk mengaplikasikannya. Imiquimod dalam bentuk krim bisa menghancurkan tumor, namun Bekele memikirkan cara yang lebih terjangkau.

Bekele kemudian berinovasi dengan mengembangkan sabun batangan yang mengandung nanopartikel imiquimod.

"Hampir semua orang menggunakan sabun dan air untuk membersihkan. Jadi sabun mungkin pilihan yang terbaik," ujarnya.

Inovasi Bekele ini tidak hanya membuat para ilmuwan terkesima, tetapi juga membawanya memenangkan kompetisi ilmuwan muda pada tahun 2023, dengan hadiah 25 ribu dolar Amerika (sekitar Rp 392 juta). Penelitiannya dilakukan di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Baltimore, Amerika Serikat.

Saat ini, Bekele masih menghadapi banyak tahapan sebelum sabun tersebut dapat disetujui sebagai pengobatan. Dengan bantuan ahli biologi molekuler, Profesor Vito Rebecca, Bekele telah melakukan uji dasar pada hewan tikus. Meski mungkin memerlukan waktu sekitar satu dekade untuk persetujuan akhir, Bekele terus mempromosikan inovasinya melalui berbagai presentasi.

Halaman
x|close