Buntut Larangan Dokter Muslimah Pakai Hijab, RS Medistra Akhirnya Minta Maaf

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 2 Sep 2024, 13:07
Dedi
Penulis
Beno Junianto
Editor
Bagikan
RS Medistra RS Medistra (Google Maps)

Ntvnews.id, Jakarta - Direktur Rumah Sakit Medistra, Agung Budisatria, meminta maaf kepada publik atas kekacauan yang timbul akibat viralnya surat dari dr. Diani Kartini kepada manajemen rumah sakit. Surat tersebut memuat dugaan pertanyaan mengenai apakah pelamar bersedia melepas hijab jika diterima bekerja di RS Medistra, Jakarta Selatan.

Agung menegaskan bahwa RS Medistra siap menerima siapa saja yang ingin berkolaborasi untuk memberikan layanan kesehatan terbaik kepada masyarakat.

"Kami meminta maaf atas ketidaknyamanan yang disebabkan oleh isu diskriminasi terhadap salah satu kandidat tenaga kesehatan dalam proses perekrutan. Masalah ini kini sedang ditangani oleh manajemen," ujar Dr. Agung dalam keterangan resminya, Senin (2/9/2024).

Pasca insiden ini, pihak rumah sakit akan meninjau kembali proses perekrutan untuk menghindari kesalahpahaman serupa terkait kebijakan pelarangan penggunaan hijab.

Ilustrasi wanita pakai jilbab <b>(Freepik)</b> Ilustrasi wanita pakai jilbab (Freepik)

"Kami akan terus memperketat kontrol terhadap proses perekrutan dan komunikasi agar pesan yang kami sampaikan dapat dipahami dengan jelas oleh semua pihak," tambahnya.

Diketahui bahwa surat dari dr. Diani Kartini menyatakan kekecewaan terhadap kebijakan RS Medistra mengenai pelarangan penggunaan hijab di area rumah sakit.

Dalam surat tersebut, dr. Diani mengungkapkan bahwa beberapa waktu lalu, asistennya dan kerabatnya yang mendaftar sebagai dokter umum ditanya apakah mereka bersedia melepas hijab jika diterima bekerja di RS Medistra.

RS Medistra <b>(Google Maps)</b> RS Medistra (Google Maps)

"Ada pertanyaan terakhir dalam sesi wawancara yang menanyakan tentang penampilan dan mengingat RS Medistra adalah rumah sakit internasional, muncul pertanyaan apakah pelamar bersedia melepas hijab jika diterima," tulis surat itu.

Dr. Diani juga mempertanyakan status RS Medistra yang mengklaim sebagai rumah sakit internasional, namun menerapkan tindakan diskriminatif seperti itu.

Dia bahkan membandingkan RS Medistra dengan rumah sakit lain di Jakarta Selatan yang lebih ramai, yang memperbolehkan semua pegawai (perawat, dokter umum, dokter spesialis, dan dokter subspesialis) menggunakan hijab.

Halaman
x|close