Jangan Biarkan Hal Ini Terjadi Jika Tidak Ingin Terjadi Kiamat!

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 14 Sep 2024, 00:05
Dedi
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi Kiamat Ilustrasi Kiamat (Pixabay)

Ntvnews.id, Jakarta - Kemajuan pesat dalam bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) menjadi perhatian serius bagi Patriark Kirill, Kepala Gereja Ortodoks Rusia.

Ia memberikan peringatan agar manusia tidak sampai kehilangan kepercayaan spiritual karena terlalu bergantung pada teknologi tersebut.

“Jika umat manusia kehilangan iman, terutama dalam konteks pertumbuhan cepat teknologi kecerdasan buatan, maka bersiaplah kita akan benar-benar memasuki era kiamat,” tegasnya, seperti dikutip dari situs Russia Today, Jumat, 13 September 2024.

Pesawat Kiamat Amerika Serikat (AS) <b>(Istimewa)</b> Pesawat Kiamat Amerika Serikat (AS) (Istimewa)

Patriark Kirill juga menekankan bahwa AI memiliki potensi menimbulkan ancaman besar, termasuk risiko kiamat, terhadap kelangsungan hidup manusia jika tidak dibatasi dan diawasi dengan ketat.

Ia menegaskan bahwa kemajuan manusia hanya dapat tercapai dengan peningkatan keimanan dan moralitas, seraya mengingatkan bahwa jika tidak ada langkah untuk itu, maka akan muncul konsekuensi serius.

“Saat ini kita sedang mendekati masa apokaliptik (kerusakan sangat serius). Inilah yang perlu kita semua pahami bersama. Satu-satunya jalan keluar dari krisis yang terjadi sekarang adalah beriman kepada Tuhan," ujar dia.

Ilustrasi Kiamat <b>(Freepict)</b> Ilustrasi Kiamat (Freepict)

Kekhawatiran Patriark Kirill mengenai bahaya potensial dari perkembangan AI yang begitu cepat sejalan dengan pandangan Paus Fransiskus yang diungkapkan pada Juni 2024.

Pemimpin Gereja Katolik tersebut menyebut AI sebagai teknologi yang menarik tetapi juga berbahaya, sehingga memerlukan pengawasan ketat oleh manusia.

Pada 2023, sejumlah pemimpin industri, termasuk dari OpenAI, Google DeepMind, dan Anthropic, sudah memperingatkan bahwa teknologi yang mereka kembangkan suatu saat bisa menjadi ancaman eksistensial bagi umat manusia, yang dampaknya bisa sebanding dengan pandemi atau senjata nuklir.

Halaman
x|close