Jumlah Terorisme Usia Muda Makin Bertambah di Benua Biru

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 17 Sep 2024, 06:00
Deddy Setiawan
Penulis
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Ilustrasi Pistol Ilustrasi Pistol (FreePik)

Ntvnews.id, Munich - Pada awal September, seorang remaja asal Austria ditembak mati setelah ia menembakkan senapan antik ke arah polisi Jerman di Munich.

Dilansir dari DW, Selasa, 17 September 2024, remaja ini, yang berusia 18 tahun dan bernama Emrah I. dari wilayah Salzburg, diduga telah terpengaruh oleh ekstremisme Islam. Meskipun demikian, ia hampir tidak pernah mengunjungi masjid di daerahnya.

Satu-satunya petunjuk tentang perubahan perilakunya muncul awal tahun 2023, ketika polisi Austria sedang menyelidiki insiden perkelahian di sekolahnya.

Baca Juga: DPR Usul Mantan Narapidana Terorisme dan Jubir FPI Munarman Jadi Duta Deradikalisasi

Saat memeriksa ponselnya, mereka menemukan video permainan komputer di mana Emrah I. memasang bendera Al-Qaeda di tempat kejadian. Polisi sekarang yakin bahwa dalam beberapa bulan terakhir, ia mengalami proses radikalisasi melalui internet.

Peningkatan Teroris Remaja

Antara Maret 2023 dan Maret 2024, penelitian dari Washington Institute for Near East Policy menemukan 470 kasus hukum terkait kelompok ekstremis ISIS, di mana sekitar 30 kasus melibatkan remaja. Laporan tersebut menunjukkan bahwa angka ini mungkin lebih tinggi, karena tidak semua negara merilis data usia tahanan.

Studi lain yang dilakukan oleh Peter Neumann dari King's College London menunjukkan bahwa dua pertiga penangkapan terkait ISIS di Eropa melibatkan remaja.

Apakah ISIS Secara Sengaja Menargetkan Remaja Barat?

Meskipun ISIS telah kalah secara militer pada tahun 2017, kelompok ini masih aktif, terutama di negara-negara Afrika dan melalui cabang yang berbasis di Afganistan, yaitu IS-K (ISIS-K). Sejak Januari 2024, IS-K telah mendorong serangan "lone wolf" di Eropa, menargetkan acara besar seperti olimpiade, konser, dan pertandingan sepak bola.

Para ahli menemukan bukti bahwa pesan-pesan ekstremis ini secara khusus diarahkan kepada remaja di Eropa. Mereka menilai bahwa lonjakan jumlah penyerang remaja lebih berkaitan dengan akses yang mudah ke konten ISIS melalui media sosial dan platform pesan.

Baca Juga: Seorang Penulis Dijerat UU Anti-Terorisme Gegara Pidatonya

Serangan yang dilakukan oleh remaja umumnya "terinspirasi" oleh ISIS, bukan atas perintah langsung dari pihak luar negeri. Ini berbeda dari periode 2014, ketika kelompok ISIS masih menguasai sebagian Irak dan Suriah dan merekrut anggota melalui kontak langsung.

Menurut Lucas Webber dari The Soufan Center, aspek gerakan ini saat ini lebih terdesentralisasi, dengan lebih banyak interaksi organik di komunitas daring. Moustafa Ayad dari Institut Dialog Strategis menambahkan bahwa radikalisasi melalui konten media sosial sering kali menggunakan bahasa lokal dan bentuk video pendek, yang menjadikannya lebih mudah diakses oleh kalangan muda.

Halaman
x|close