Trump Minta Umat Kristen Tak Perlu Ikut Pemilu Jika Menang, Kenapa?

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 29 Jul 2024, 10:16
Deddy Setiawan
Penulis
Beno Junianto
Editor
Bagikan
 Donald Trump Donald Trump (Instagram @realdonaldtrump)

Ntvnews.id, Washington DC - Calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, berusaha menarik dukungan dari pemilih Kristen dengan pidatonya di acara Kristen konservatif.

Dalam kesempatan tersebut, Trump menyatakan bahwa para pemilih tidak perlu melakukan pemilihan lagi jika ia terpilih kembali sebagai Presiden AS pada November mendatang.

Dilansir dari reuters, Senin, 29 Juli 2024, Trump mengatakan kepada umat Kristen pada hari Jumat bahwa mereka tidak perlu memilih lagi jika mendukungnya bulan November ini. Trump berjanji akan memperbaiki segala sesuatunya.

Baca Juga: Direktur FBI Ragu Trump Kena Tembak

"Kalian tidak perlu (memilih) lagi. Empat tahun lagi. Semua akan diperbaiki, semuanya akan baik-baik saja. Kalian tidak perlu memilih lagi, umat Kristenku. Aku mencintaimu, umat Kristen," ujar Trump di acara yang diselenggarakan oleh kelompok konservatif Turning Point Action.

Makna dari pernyataan Trump tidak sepenuhnya jelas. Dalam kampanye Pilpresnya, lawan politik dari Demokrat menuduhnya sebagai ancaman bagi demokrasi, terutama setelah upayanya untuk membatalkan kekalahannya pada tahun 2020 melawan Presiden Joe Biden, yang berujung pada pemberontakan mematikan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021.

Baca Juga: Donald Trump Janjikan Ini ke Arab Saudi Jika Jadi Presiden AS

Juru bicara kampanye Trump, Steven Cheung, tidak memberikan tanggapan langsung terkait pernyataan Trump ketika diminta klarifikasi.

Cheung menyatakan bahwa Trump "berbicara tentang menyatukan negara ini" dan menyalahkan "lingkungan politik yang memecah belah" atas upaya pembunuhan Trump yang terjadi dua minggu lalu.

Penyidik masih belum mengungkapkan motif di balik tindakan pria bersenjata berusia 20 tahun yang menembaki Trump.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada bulan Desember, Trump mengklaim bahwa jika ia menang pada pemilihan 5 November, ia akan menjadi diktator, setidaknya pada "hari pertama," untuk menutup perbatasan selatan dengan Meksiko dan memperluas pengeboran minyak.

Partai Demokrat memanfaatkan komentar tersebut, namun Trump sejak itu menyatakan bahwa pernyataan itu adalah lelucon.

Jika Trump memenangkan masa jabatan kedua di Gedung Putih, ia hanya dapat menjabat selama empat tahun lagi sebagai presiden. Berdasarkan Konstitusi AS, seorang presiden dibatasi hingga dua masa jabatan, baik secara berturut-turut maupun terpisah.

Halaman
x|close