Profil Ismail Haniyem, Pemimpin Hamas yang Tewas di Iran

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 31 Jul 2024, 12:41
Deddy Setiawan
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ismail Haniyeh Ismail Haniyeh (Istimewa)

Ntvnews.id, Jakarta - Pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, yang tewas dalam serangan di Iran, dikenal sebagai sosok yang keras dalam diplomasi internasional ketika perang melawan Israel berkecamuk di Jalur Gaza.

Namun, Haniyeh juga dipandang lebih moderat dibandingkan para pejabat garis keras Hamas di Jalur Gaza. Berikut profilnya.

Profil Ismail Haniyem

Haniyeh yang lahir di al-Shati, sebuah kamp pengungsi Gaza, tahun 1962 silam ini terpilih menjadi kepala biro politik Hamas pada tahun 2017 lalu, menggantikan Khaled Meshaal.

Baca Juga: Tulisan Dinding Ibu dan Anak yang Tewas Tinggal Kerangka di Bandung Bikin Terenyuh

Saat kuliah pada tahun 1983, dia bergabung dengan Blok Mahasiswa Islam, cikal bakal Hamas. Dia naik pangkat di Hamas sebagai ajudan dekat dan asisten salah seorang pendiri Hamas, mendiang Sheikh Ahmed Yassin.

Haniyeh dipenjara beberapa kali oleh otoritas Israel dan tinggal di dalam dan luar Jalur Gaza, setelah menghadapi berbagai upaya deportasi dan pembunuhan oleh Israel.

3 Anaknya Tewas karena Kekejian Irael 

Awal tahun ini, serangan Israel menewaskan tiga putranya di Gaza utara. Serangan Israel di Gaza utara telah menewaskan tiga putra pemimpin Hamas Ismail Haniyeh saat Israel terus membombardir daerah kantong yang terkepung itu pada hari raya Idul Fitri.

Baca Juga: Israel Kesal Gegara Hamas Masuk ke Dalam Pemerintahan Gaza

Haniyeh mengatakan mereka menjadi sasaran saat mengunjungi kerabat untuk merayakan Idul Fitri di kamp pengungsi Shati.

"Melalui darah para martir dan rasa sakit para korban luka, kita menciptakan harapan, kita menciptakan masa depan, kita menciptakan kemerdekaan dan kebebasan bagi rakyat dan negara kita," tegas dia, seraya menambahkan sekitar 60 anggota keluarganya, termasuk keponakan, telah tewas sejak dimulainya perang.

Pemimpin politik Hamas, yang bermarkas di negara Teluk Qatar itu mengecam apa yang ia gambarkan sebagai kebrutalan Israel di Gaza. Dia menekankan para pemimpin Palestina tidak akan mundur jika keluarga dan rumah mereka menjadi sasaran.

Halaman
x|close