Perang Makin Dekat, AS Minta Warganya Tinggalkan Lebanon!

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 5 Agu 2024, 06:10
Deddy Setiawan
Penulis
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Ilustrasi Pesawat Ilustrasi Pesawat (Pixabay)

Ntvnews.id, Beirut - Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Beirut mengimbau warganya untuk segera meninggalkan Lebanon menggunakan "tiket apa pun yang tersedia." Imbauan ini datang di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Dilansir dari BBC, Senin, 5 Agustus 2024 imbauan tersebut muncul setelah peringatan serupa dari Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, yang menyatakan bahwa situasi di kawasan tersebut "dapat dengan cepat memburuk."

Iran telah berjanji akan melakukan balasan keras terhadap Israel, yang dianggap bertanggung jawab atas kematian Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran pada Rabu, 31 Juli lalu. Pembunuhan Haniyeh terjadi beberapa jam setelah Israel menewaskan komandan Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut.

Kekhawatiran meningkat bahwa Hizbullah, kelompok yang berbasis di Lebanon dan didukung Iran, akan terlibat secara signifikan dalam aksi balasan tersebut, yang berpotensi memicu respons serius dari Israel.

Hizbullah sendiri telah meluncurkan puluhan roket ke arah kota Beit Hillel di Israel utara sekitar pukul 00.25 waktu setempat hari ini. Rekaman yang diunggah di media sosial menunjukkan sistem pertahanan udara Iron Dome milik Israel berhasil mencegat roket-roket tersebut.

Baca Juga: Perbandingan Kekuatan Militer yang Dimiliki Israel vs Lebanon, Siapa Paling Kuat?

Tidak ada laporan mengenai korban jiwa dalam serangan tersebut. Kementerian Luar Negeri Yordania juga telah mengeluarkan imbauan kepada warganya di Lebanon untuk segera meninggalkan negara itu dan memperingatkan yang lainnya agar tidak bepergian ke sana.

Kanada juga telah memperingatkan warganya untuk menghindari perjalanan ke Israel, selain imbauan yang sudah ada untuk tidak pergi ke Lebanon, karena 'situasi bisa semakin memburuk tanpa peringatan' di wilayah tersebut. Kedutaan Besar AS menyarankan mereka yang memilih untuk tetap tinggal di Lebanon agar 'mempersiapkan rencana darurat' dan bersiap untuk 'berlindung di tempat dalam waktu yang lama'.

Beberapa maskapai penerbangan telah menangguhkan dan membatalkan penerbangan, dan banyak yang tiketnya sudah habis. Namun, 'pilihan transportasi komersial untuk meninggalkan Lebanon masih tersedia'.

Pentagon mengumumkan bahwa pihaknya mengerahkan kapal perang dan jet tempur tambahan ke wilayah tersebut untuk membantu melindungi Israel dari kemungkinan serangan oleh Iran dan sekutunya. Inggris juga menyatakan telah mengirim personel militer tambahan, staf konsuler, dan pejabat pasukan perbatasan untuk membantu evakuasi jika diperlukan—namun, Inggris mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon 'selama penerbangan komersial masih beroperasi'.

Baca Juga: Perbandingan Kekuatan Militer yang Dimiliki Israel vs Lebanon, Siapa Paling Kuat?

Dua kapal militer Inggris sudah berada di wilayah tersebut, dan Angkatan Udara Kerajaan telah menyiagakan helikopter pengangkut. Menlu David Lammy menyatakan bahwa 'tidak ada yang berkepentingan jika konflik ini meluas ke seluruh wilayah'.

Dalam percakapan telepon dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, Penjabat Menteri Luar Negeri Iran, Ali Baqeri Kani, menegaskan bahwa Iran 'tidak akan ragu menggunakan haknya yang sah' untuk menghukum Israel. Pada Jumat (2/8), seorang penyiar TV pemerintah Iran memperingatkan bahwa 'dunia akan menyaksikan kejadian yang luar biasa'.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah memperingatkan warga Israel bahwa 'hari-hari yang penuh tantangan akan segera tiba. Kami telah mendengar ancaman dari berbagai pihak. Kami siap menghadapi segala skenario'. Ketegangan antara Israel dan Iran awalnya meningkat setelah tewasnya 12 anak-anak dan remaja dalam serangan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Israel menuduh Hizbullah bertanggung jawab dan berjanji akan membalas dengan "keras", meskipun Hizbullah membantah keterlibatan mereka. Beberapa hari kemudian, komandan senior Hizbullah, Fuad Shukr, tewas dalam serangan udara yang dilakukan Israel di Beirut. Empat orang lainnya, termasuk dua anak-anak, juga tewas.

Beberapa jam kemudian, Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dibunuh di Iran. Haniyeh sedang berada di sana untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.

Pada upacara pemakaman Haniyeh, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memimpin doa dan bersumpah bahwa Israel akan menerima 'hukuman berat' atas pembunuhan tersebut.

 lebanon

Halaman
x|close