Mengapa Manusia Jatuh Cinta?

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 20 Agu 2024, 07:15
Deddy Setiawan
Penulis
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Ilustrasi Cinta Ilustrasi Cinta (Pixabay)

Ntvnews.id, Jakarta - Perasaan gembira yang meluap, kerinduan yang kuat, dan kecemasan jika cinta tidak terbalas adalah beberapa tanda dari kondisi jatuh cinta yang akut. Apakah ada penjelasan ilmiah mengapa manusia jatuh cinta saat merasa nyaman atau ketika melihat sesuatu yang indah?

Pada tahun 1943, dalam karyanya L'Être et le Néant (Being and Nothingness), Jean-Paul Sartre menyindir bahwa jatuh cinta pada dasarnya adalah upaya pragmatis untuk kepentingan diri sendiri.

"Mencintai pada intinya adalah upaya untuk membuat seseorang mencintai kita," katanya.

Saat ini, para ahli memiliki bukti yang mendukung sebagian klaim dari filsuf eksistensialis tersebut.

Baca Juga: Tren Menikah Tanpa Cinta Meningkat, Kok Bisa?

Nicholas R. Longrich, Dosen Senior Biologi Evolusioner dan Paleontologi di University of Bath, UK, menjelaskan bahwa cinta berhubungan dengan proses evolusi yang kompetitif.

"Evolusi bisa sangat kompetitif, tetapi kemampuan untuk merawat dan membentuk hubungan memungkinkan kelompok untuk bekerja sama, menjadikan mereka pesaing efektif melawan kelompok dan spesies lain," ujarnya, seperti dikutip dari The Conversation.

Sejalan dengan itu, Philip Stieg, Kepala Ahli Bedah Saraf di New York, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa jatuh cinta pada dasarnya adalah kebutuhan untuk bertahan hidup.

"Ada berbagai tingkat dalam setiap hubungan; nafsu, ketertarikan, dan keterikatan. Cinta adalah sesuatu yang sangat kompleks. Semua itu kembali pada kebutuhan kita untuk bertahan hidup dan evolusi kita untuk jatuh cinta dan berpasangan," ucapnya, dikutip dari situs New York-Presbyterian.

Bagaimana kebutuhan bertahan hidup ini berubah menjadi cinta?

Stieg menjelaskan bahwa ketika seseorang "merasakan kupu-kupu di perut," itu sebenarnya tidak terjadi di hati atau perut, melainkan melibatkan hormon dan neurotransmitter di otak.

"Peneliti telah memindai otak orang yang sedang jatuh cinta dan menemukan lonjakan besar dopamin, neurotransmitter dalam sistem penghargaan otak yang membantu kita merasakan kesenangan," jelasnya.

Baca Juga: Peneliti Ungkap Sering Bercinta Bisa Buat Wanita Hidup Lebih Lama

"Dopamin, bersama dengan bahan kimia lainnya, memberi kita energi, fokus, dan obsesi yang kita rasakan saat tergila-gila pada seseorang," tambahnya.

Mengapa jatuh cinta bisa membuat seseorang begitu tergila-gila hingga merasa buta?

Menurut Stieg, hal ini terjadi karena adanya "dorongan". Area otak yang memproduksi dopamin saat kita jatuh cinta berada dekat dengan area yang mengontrol rasa haus dan lapar.

"Jadi, cinta terasa 'menghabiskan segalanya' karena memang memakan segalanya, dan ini bertujuan untuk mendorong kita bertindak. Dorongan biologis ini berevolusi jutaan tahun yang lalu untuk memberi kita kemampuan memusatkan perhatian pada pasangan kita," urainya.

 

Halaman
x|close