Mengenal Lebih Dalam Sejarah Maulid Nabi

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 16 Sep 2024, 00:15
Alber Laia
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Masjid Raya Sheikh Zayed Solo (Kemenag)

Ntvnews.id, Jakarta - Maulid Nabi Muhammad SAW adalah perayaan tahunan yang diadakan pada tanggal 12 Rabiul Awal untuk mengenang kelahiran Rasulullah SAW.

Peringatan ini bukan hanya sebuah ritual keagamaan, melainkan juga simbol cinta dan penghormatan umat Islam terhadap Nabi Muhammad SAW, yang menjadi teladan dan contoh hidup (uswatun khasanah) bagi seluruh umat manusia.

Asal Usul Peringatan Maulid Nabi

Kata "Maulid" berasal dari bahasa Arab yang berarti kelahiran, sedangkan "Nabi" merujuk kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, Maulid Nabi berarti peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Berdasarkan buku Sirah Nabawiyah oleh Prof Dr Muh Rawwas Qol'ahji, Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Pada masa itu, penanggalan Hijriah belum ditetapkan, sehingga penetapan tanggal kelahiran ini mengacu pada tradisi dan catatan sejarah.

Baca Juga:

PDIP Bakal Dukung Prabowo Jika…

Ini Dibalik Kesuksesan Khofifah Sabet 738 Penghargaan Ketika Menjabat Gubernur Jatim

Tradisi peringatan Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh masyarakat Muslim bangsa Arab pada tahun kedua Hijriah.

Masjid Raya Sheikh Zayed Solo <b>(Setda Surakarta)</b> Masjid Raya Sheikh Zayed Solo (Setda Surakarta)

Dalam buku Sejarah Maulid Nabi oleh Ahmad Sauri, disebutkan bahwa ibu Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid, Khaizuran, yang hidup pada masa Abbasiyah (786 M), memerintahkan penduduk Madinah untuk merayakan Maulid Nabi di Masjid Nabawi.

Khaizuran, dengan pengaruhnya yang besar selama kekuasaan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah, juga menyebarkan tradisi ini ke Makkah dan wilayah Arab lainnya.

Teori Asal Usul Maulid Nabi

1. Dinasti Ubaid (Fathimi) di Mesir

Beberapa sejarawan berpendapat bahwa Maulid Nabi pertama kali dirayakan oleh Dinasti Ubaid di Mesir, sekitar tahun 362-567 Hijriah. Perayaan ini merupakan salah satu dari banyak perayaan pada masa itu.

2. Gubernur Irbil, Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri

Teori lain menyebutkan bahwa Maulid Nabi dirayakan oleh Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri di Irbil, Irak. Ia mengundang ulama, ahli tasawuf, dan masyarakat luas untuk merayakan kelahiran Nabi, serta memberikan sedekah dan jamuan kepada fakir miskin.

3. ultan Shalahuddin Al Ayyubi atau Muhammad Al Fatih

Ada juga teori yang mengatakan bahwa Maulid Nabi diadakan oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi atau Muhammad Al Fatih untuk meningkatkan semangat jihad umat Islam dalam menghadapi Perang Salib dan merebut kembali Yerusalem dari kaum Salibis Eropa.

Masjid Raya Sheikh Zayed Solo <b>(Kemenag)</b> Masjid Raya Sheikh Zayed Solo (Kemenag)

Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi mengalami perkembangan pesat terutama selama masa Wali Songo. Para wali menggunakan perayaan ini untuk menarik perhatian masyarakat agar lebih mengenal dan mengikuti ajaran Islam.

Tradisi Maulid Nabi di Indonesia dikenal dengan nama Gerebeg Mulud. Perayaan ini melibatkan ritual upacara nasi gunungan, pembacaan kisah hidup Nabi Muhammad SAW, serta diiringi puji-pujian, salawat, dan tausiyah.

Ritual ini menjadi bagian penting dari budaya lokal, menambah keagungan perayaan Maulid Nabi di tanah air.

Dengan demikian, Maulid Nabi bukan hanya sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga merupakan warisan budaya yang hidup dan berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Halaman
x|close